Jumat, 10 Mei 2013

71. Cerpen Anak: Si Mumu

Rino dan Rani sedang berjalan-jalan di taman kota. Tiba-tiba mereka melihat sekelompok anak sedang menimpuki seekor anak anjing.
“Lihat Rino, kasian sekali anak anjing itu,” ujar Rani.
“Ayo, kita tolong!” ajak Rino.
Hei, kalian jangan mengganggu anjing itu!” teriak Rino.
“Ya, itu anjing kami. Pergilah kalian!” seru Rani.
Akhirnya anak-anak itu pergi. Rino dan Rani menghampiri anak anjing tersebut. Ternyata kakinya terluka. Ia tidak bisa berjalan. Rino dan Rani menggendong anak anjing itu. Tetapi anak anjing itu melolong kesakitan. Ia tidak mau digendong.
“Aku ada akal. Tunggulah di sini,” kata Rino.
Lalu Rino pulang. Sebentar kemudian ia datang lagi sambil membawa gerobak kecil. Rino dan Rani membawa anak anjing itu pulang ke rumah Rino. Namun orang tua Rino tidak setuju anak anjing itu tinggal bersama mereka. Akhirnya anak anjing itu di bawa ke rumah Rani. Tapi untuk sementara ia harus tidur di gudang. Lalu mereka mengobati luka kakinya dan membalutnya dengan kain. Pagi-pagi sekali anak anjing itu sudah bangun. Ia keluar dari gudang dan masuk ke kamar Rani. Lalu ia mendorong-dorong tubuh Rani. Rani terbangun.
“Hei, kau sudah sembuh, ya?” tanya Rani senang.
“Guk guk guk!” anak anjing itu menyalak dan berputar-putar.
“Kita beri nama dia Bruno,” kata Rino.
“Aku lebih suka ia bernama Heli,” sahut Rani.
“Tidak, anjing itu harus bernama Bruno!” protes Rino.
“Tidak, aku maunya Heli!” Rani mulai kesal.
“Aku yang membawa gerobak untuknya!” kata Rino ketus.
“Aku yang pertama kali melihatnya!” Rani tidak mau kalah.
“Guk guk guk!” tiba-tiba anak anjing itu menyalak. Ia tidak suka melihat Rino dan Rani bertengkar. Lalu si anak anjing berguling. Rupanya ia ingin memperlihatkan kalungnya. Rino dan Rani melihat ada tulisan MUMU di kalung itu.
“Halo Mumu,” sapa mereka. “Guk guk guk,” anak anjing itu melonjak-lonjak gembira.
Kemudian Rino dan Rani mengajak Mumu berjalan-jalan di perumahan. Mumu tampak senang sekali. Tiba-tiba ada seekor kucing lewat. Mumu langsung mengejarnya. Kucing itu melewati halaman rumah Nenek Maya. Mumu mengejarnya… olala, Mumu menjatuhkan jemuran Nenek Ijah.
“Hai, anjing nakal. Ayo kembalikan jemuranku!” teriak Nenek Ijah. Rupanya sebuah sarung yang dijemur telah terbawa oleh Mumu. Hahaha, lihatlah Mumu, ia tampak seperti anjing badut. Rino dan Rani terus mengejar Mumu.
“Berhenti Mumu!” teriak mereka. Tapi Mumu terus saja berlari. Kini si kucing melewati pekarangan rumah Pak Hadi. Pak Hadi sedang memberi makan ayam-ayamnya. Ia membawa seember makanan ayam. Mumu mengejar kucing itu. Apa lagi yang terjadi? Ya ampun, Mumu telah membuat Pak Hadi terkejut. Ember di tangan Pak Hadi sampai terlepas dan jatuh tepat menutupi kepala Mumu. Mumu tidak bisa melihat. Ia berlari kesana kemari, hingga menabrak pohon. Hm, pekarangan Pak Hadi jadi berantakan. Rino dan Rani membawa Mumu pulang. Mereka memandikan Mumu sampai bersih dan wangi.
“Kami akan melatihmu menjadi anjing yang pintar,” kata Rino dan Rani. Setelah itu Rino dan Rani membawa Mumu ke taman kota. Mereka membawa mainan dan bangku tinggi.
“Mumu, ayo lompati bangku ini,” perintah Rani.
Tapi Mumu diam saja. Ia hanya memperhatikan bangku itu.
“Lihat aku, kau pasti bisa.” Lalu Rani memanjat bangku dan turun kembali. Mumu berputar-putar karena senang. Kemudian Mumu pun melompati bangku itu. Rino dan Rani bertepuk tangan.
“Mumu, ayo tangkap mainan ini,” perintah Rino sambil melempar mainan. Mumu diam saja. Ia hanya memperhatikan mainan itu melayang dan jatuh ke tanah.
“Lihat aku, kau pasti bisa,” kata Rino. Lalu Rani melempar mainan itu. Rino berlari dan menangkapnya. Mumu berputar-putar Karena senang. Kini Mumu berlari saat Rino melempar mainan. Hup, Mumu berhasil menangkap mainan itu. Rino dan Rani bertepuk tangan. Hari berikutnya Rino dan Rani mengajak Mumu bermain di tepi jalan. Tiba-tiba ada pemuda bertubuh gemuk merebut dompet dari tangan seorang ibu.
“Copet!” teriak si ibu. Rino dan Rani kaget. Mumu segera mengejar pemuda itu. Ia melompat tinggi dan menerjang si gemuk hingga terjatuh. Untunglah ada polisi yang sedang patrol
“Hei, mau kemana kalian. Ayo ikut kami!” kata Pak Polisi. Akhirnya kedua pemuda itu tertangkap. Mumu mengambil dompet itu lalu memberikannya kepada Rani. Kemudian kedua polisi itu mendekati, Rino, Rani, dan Mumu.
“Mumu, sedang apa kau di sini. Kami mencarimu ke mana-mana. Ayo pulanglah. Indukmu rindu padamu,” kata Polisi itu. Rupanya Mumu adalah anak seekor anjing polisi. Saat para polisi ingin melatihnya, si Mumu kabur. Akibatnya ia tersesat.
“Bolehkah kami memilikinya?“ Tanya Rino dan Rani.
“Anak anjing ini milik kepolisian. Bila besar nanti ia akan menjadi anjing polisi juga,” kata Pak Polisi. ”Tapi kalian masih boleh bermain dengan Mumu hari ini. Besok kami harus mengambilnya kembali.” Rino dan Rani mengangguk. Mereka bertiga bermain kembali.
Ketika malam tiba, Rino dan Rani tidak bisa tidur. Mereka ingin menemani Mumu.
“Apakah kalian ingin memiliki anjing kecil? Bila mau, Ayah akan membelikan anjing lain,” kata ayah Rani. Rino dan Rani menggeleng. Oh, ternyata tidak ada seekor anjing pun yang bisa menggantikan Mumu.
“Maafkan kami, Mumu. Kami tidak bisa bermain denganmu lagi besok,” kata Rino sambil tertunduk sedih.
“Jangan lupakan kami, ya Mumu. Semoga kau bisa menjadi anjing polisi yang hebat,” sahut Rani sambil berlinang air mata. Tanpa sadar akhirnya mereka tertidur sambil memeluk Mumu. Diam-diam Mumu juga menangis. Ia sedih karena harus berpisah dengan Rino dan Rani. Dalam tidur Rino bermimpi. Mumu sudah besar dan menjadi anjing polisi. Mumu berkunjung ke taman kota, lalu mereka bertiga bermain. Esok paginya Pak Polisi menjemput Mumu.
“Guk guk guk!” Mumu mengucap selamat tinggal dari atas mobil. Rino dan Rani melambaikan tangan. Kini mereka tidak sedih lagi. Sebab meskipun berpisah, mereka telah memiliki kenangan yang lucu dan indah bersama Mumu.

Jumat, 03 Mei 2013

70. sepotong cerita saat jam kosong


SEPOTONG CERITA SAAT JAM KOSONG
Karya Disca Betty Viviansari
Riuh sekali. Jutaan suara yang bersahut mulai membumbung tinggi menguasai pikiranku. Bergantian. Hilir mudik masuk dan keluar. Memecah konsentrasiku yang sedari tadi aku pupuk satu per satu. Sepertinya suara-suara yang kurang penting itu telah menginfeksi seluruh program dalam otakku. Kemudian disusul mulai memanas. Sistem otakku terganggu.

Perlahan. Yah, perlahan sekali mulai aku rasakan suara itu berkurang. Mengecil. Dan kemudian hanya sayup-sayup terdengar. Angin datang. Seakan membawa kericuhan itu menjauh. Sekali lagi angin datang. Dan hilang semua suara itu. Damai. Angin berhembus lagi. Membuaiku dalam alam pikiran yang semu.
Sepotong Cerita Saat Jam Kosong
Kupandangi tanaman depan kelasku. Ntah sudah berapa kali dia bertahan melawan hujan dan panas beberapa hari ini. Terlihat lemah dan layu. Menderita. Sehelai daunnya jatuh dan melayang. Seperti jiwaku yang aku sendiri tak kuasa bagaimana mengendalikannya. Pikiran yang bertahan, dan jiwa yang melayang. Mataku masih lekat memandang daun itu. Dia jatuh di pelataran kelasku. Dan terinjak. Kemudian hancur, dan tersapu angin yang kelihatan ragu-ragu menepisnya.

Mereka yang di luar alam pikirku tak pernah tau. Karena kurasa mereka memang tak pernah ingin tau. Mungkin yang mereka tau, aku hanyalah seorang remaja dengan goncangan jiwa. Dan yang mungkin juga mereka tau, aku tidak pernah ingin berinteraksi dan berbicara seperti mereka. Mereka hanya tau sebagian kecil dari aku. Mereka tidak tau. Aku yang berusaha bercerita dalam diam. Aku yang berusaha mengenal dalam kejauhan. Dan satu yang sangat aku tau. Aku mencintai alam pikirku. Dan tak akan pernah meninggalkan alam imajinasiku ini.

Mataku menyapu seluruh pemandangan yang bisa terjangkau dengan kedua lensa minusku ini. Pintu kelas yang terbuka, kran air, rumput basah, lapangan basket, genangan air, parkiran motor, dan banyak sekali. Satu-satu dari mereka tidak pernah lewat dari pemikiranku. Kemudian mataku berbenturan dengan sebuah pintu gerbang diujung sana. Hmm... pintu yang telah memisahkan duniaku dengan dunianya.

Aku sendiri tak pernah tau sejak kapan aku hidup di duniaku ini. Dunia yang kutahu sangat berbeda dengan dunia mereka. Kadangkala aku ingin hidup seperti mereka. Dengan canda dan tawa yang lepas. Dengan segala kemampuan dan fasilitas yang mereka miliki. Dengan semua yang wajar. Oke, mungkin tak banyak yang mengenalku disini. Namaku Disca. Dan aku butuh kebebasan.

Konsentrasiku pecah lagi. Kembali riuh terdengar. Sampai aku tak tau kata apa saja yang terucap dari mereka. Suara bola yang beradu dengan lantai turut membuat dentuman-dentuman di kepalaku. Aku ingin ketenangan. Dan aku ingin berteriak: “AKU BUTUH KEBEBASAN”.
“Hei, kau kenapa?”, seorang temanku membuatku tersentak dan sadar dari pikiranku.
“Aku gak kenapa-kenapa kok...”, jawabku datar sambil berusaha tersenyum.
Riuh sekali. Jutaan suara yang bersahut mulai membumbung tinggi menguasai pikiranku. Bergantian. Hilir mudik masuk dan keluar. Memecah konsentrasiku yang sedari tadi aku pupuk satu per satu. Sepertinya suara-suara yang kurang penting itu telah menginfeksi seluruh program dalam otakku. 
Kemudian disusul mulai memanas. Sistem otakku terganggu.
Perlahan. Yah, perlahan sekali mulai aku rasakan suara itu berkurang. Mengecil. Dan kemudian hanya sayup-sayup terdengar. Angin datang. Seakan membawa kericuhan itu menjauh. Sekali lagi angin datang. Dan hilang semua suara itu. Damai. Angin berhembus lagi. Membuaiku dalam alam pikiran yang semu.

Kupandangi tanaman depan kelasku. Ntah sudah berapa kali dia bertahan melawan hujan dan panas beberapa hari ini. Terlihat lemah dan layu. Menderita. Sehelai daunnya jatuh dan melayang. Seperti jiwaku yang aku sendiri tak kuasa bagaimana mengendalikannya. Pikiran yang bertahan, dan jiwa yang melayang. Mataku masih lekat memandang daun itu. Dia jatuh di pelataran kelasku. Dan terinjak. Kemudian hancur, dan tersapu angin yang kelihatan ragu-ragu menepisnya.

Mereka yang di luar alam pikirku tak pernah tau. Karena kurasa mereka memang tak pernah ingin tau. Mungkin yang mereka tau, aku hanyalah seorang remaja dengan goncangan jiwa. Dan yang mungkin juga mereka tau, aku tidak pernah ingin berinteraksi dan berbicara seperti mereka. Mereka hanya tau sebagian kecil dari aku. Mereka tidak tau. Aku yang berusaha bercerita dalam diam. Aku yang berusaha mengenal dalam kejauhan. Dan satu yang sangat aku tau. Aku mencintai alam pikirku. Dan tak akan pernah meninggalkan alam imajinasiku ini.

Mataku menyapu seluruh pemandangan yang bisa terjangkau dengan kedua lensa minusku ini. Pintu kelas yang terbuka, kran air, rumput basah, lapangan basket, genangan air, parkiran motor, dan banyak sekali. Satu-satu dari mereka tidak pernah lewat dari pemikiranku. Kemudian mataku berbenturan dengan sebuah pintu gerbang diujung sana. Hmm... pintu yang telah memisahkan duniaku dengan dunianya.

Aku sendiri tak pernah tau sejak kapan aku hidup di duniaku ini. Dunia yang kutahu sangat berbeda dengan dunia mereka. Kadangkala aku ingin hidup seperti mereka. Dengan canda dan tawa yang lepas. Dengan segala kemampuan dan fasilitas yang mereka miliki. Dengan semua yang wajar. Oke, mungkin tak banyak yang mengenalku disini. Namaku Disca. Dan aku butuh kebebasan.

Konsentrasiku pecah lagi. Kembali riuh terdengar. Sampai aku tak tau kata apa saja yang terucap dari mereka. Suara bola yang beradu dengan lantai turut membuat dentuman-dentuman di kepalaku. Aku ingin ketenangan. Dan aku ingin berteriak: “AKU BUTUH KEBEBASAN”.
“Hei, kau kenapa?”, seorang temanku membuatku tersentak dan sadar dari pikiranku.
“Aku gak kenapa-kenapa kok...”, jawabku datar sambil berusaha tersenyum.

Aku punya keinginan. Tetapi aku diam.

69. CINTAKU BERUJUNG PERPISAHAN

Cinta hanya sebuah kata yang sederhana. Tapi, cinta sudah membuat diriku berubah. Sekarang itulah yang telah aku rasakan. Sebuah cinta. Aku tak tau kenapa karna cinta orang rela mengorbankan segalanya sekalipun nyawa. Aku tak mengerti apakah itu cinta. Aku hanya anak remaja yang sedang merasakan cinta.

Aku mulai merasakan cinta saat aku bertemu dengan ilham. Aku kebetulan bertemu dangan nya. Berawal saat dia menjatuhkan bukuku saat aku berjalan ke laboratorium sekolah. Aku suka padanya sejak pandang pertama. Tapi aku tau aku gak layak buat dia. Dia pintar sedangkan aku biasa saja. Namun aku tetap memendam rasa kepadanya.

Aku terus mencoba agar bisa lebih dekat kepadanya. Tapi sayang, Clara selalu menghalangi aku untuk selalu dekat dengan ilham. Clara juga suka sama ilham. Walau begitu aku gak bakal putus asa. Aku akan terus berusaha mendapatkannya. Namun bagai mana caranya jika aku gak berani mengungkapkan semuanya di depan ilham.
Cintaku Berujung Perpisahan
Hingga suatu hari disaat aku berjalan pulang sambil memegang beberapa buku. Aku mulai berjalan perlahan lahan menuju rumah. Lelah sudah biasa. Tiba tiba ilham datang dengan motornya mengajakku pelang bareng. Katanya rumah nya satu arah dengan rumahku. Aku senang bisa duduk di belakang nya sambil perlahan lahan aku mulai memeluknya.

Sejak saat itu aku mulai sering jalan sama dia. AKu gak peduli walau Clara mengancamku untuk tidak mendekati ilham. Yang penting sekarang aku mulai dekat dengan ilham. Aku senang walau ilham hanyaa menganggapku teman biasa.
Setiam pulang sekolah aku selalu di temaninya, setiap aku ke labolatorium aku selalu bersamanya. Jika satu hari saja aku tidak bersamanya, apa jadinya aku. Apakah ini yang namanya cinta??

Ingin sekali aku mengatakan semuanya didepan ilham. Ingin sekali aku bilang I LOVE YOU. Tapi seperti ada sesuatu yang membuatku tidak bisa mengatakan semua itu.

Hingga suatu hari
“Christi…….” Panggil papa
“iya pa” jawabku sambil berlari mendekati papa
“papa mau jodohin kamu sama anak teman papa yang nama nya Revan”Kata papa pelan
“papa tapi aku gak cinta sama Revan, aku Cuma cinta sama ilham”kataku keras
“ilham lagi. Papa gak suka kamu dekat sama ilham. Dia gak bisa ngebahagiain kamu”ucap papa marah
“gimana dia gak bisa ngebahagiain aku? Cuma aku deket dia aja aku udah bahagia”Ucapku sambil berdiri di depan papa.
“terserah kamu mau bilang apa” kata papa marah sambil pergi menjauhiku.

Aku terus mencoba melupakan itu semua. Aku gak bakal bisa cinta sama Revan. Aku hanya cinta sama ilham. Apapun yan ter jadi aku gak bakal mau ber pisah sama ilham.

Di sekolah aku terus memandangi ilham. Jika aku sudah di jodohkan dengan Revan mungkin aku gak bakal bisa ngeliat ilham lagi. V.V
“Christi…….. pulang bareng yuk??”ucap ilham tiba tiba
“gak usah kamu pulang sendiri aja”kataku
“yakin……”candz ilham
“udah kamu sendiri aja”
Sesungguhnya aku sangat ingin seperti dulu lagi. Duduk dibelakan nya sambil memeluk ilham. Tapia pa jadinya jika papaku melihatku bersama ilham.

Tiba tiba mobil merah berhemti tepat di sebelahku. Ternyata itu Revan. Aku sangat tidak mengharapkan dia Disini.
“Christi……. Pulang bareng yuk”katan Revan
“gak usah”jawabku singkat
Bukanya pergi Revan malah menarik ku masuk kemobilnya. Terpaksa aku pulang bersamanya. Apa hebatnya dia?? Sehingga papa selalu memuji mujinya. Apa karena dia kaya?. Dari dulu aku tidak pernah mengharapkan hartanya. Aku hanya butuh cinta.

Keesokan harinya di sekolah……………
“Christi…………..sebenarnya….”ucap ilham meragukan
“sebenarnya kenapa???”tanyaku bingung
“Sebenarnya aku suka sama kamu. Kamu mau gak jadi pacarku?”Kata ilham agak ragu ragu
“Aslinya aku juga suka sama kamu, tapi aku gak bisa nerima cinta mu. Papaku pasti akan marah besar kalau aku jadian sama kamu” ucapku memberanikan diri.
“Ooooo ya udah…”
“maaf ya ilham”
Ilham selalu mencoba supaya ku mau nerima dia. Namun aku tetap gak bisa nerima kamu ilham. Sorry ya ilham, aku belum siap ngasitau kamu kalo aku mau menikah dengan Revan seminggu lagi.

Saat aku di café tiba tiba ilham datang. Ilham langsung memegang tanganku sambil memberikan setangkai bunga mawar dan sebuah cincin.
“Aku gak bisa nerima ini semua ilham”ucapku
“kenapa?”Tanya ilham bingung
Aku tidak menjawabnya, aku hanya memberikan kertas undangan pernikahanku dengan Revan. sebenarnya aku tidak mengharapkan pernikahan ini. Aku gak pernah cinta sama Revan. Aku hanya pergi menjahui ilham. Aku gak bisa membayangkan bagai mana perasaan ilham. Yang penting aku tetap sayang kamu kok ilham.

Maafin aku ya ilham, aku udah buat kamu sedih. Walau aku udah ada yang punya aku tetep sayang kamu ilham.

Hari ini adalah hari pernikahanku dengan Revan. Aku sangat tidak bersemangat. Aku gak pernah cinta sama Revan. Walau sekaya apapun dia. Aku tidak senang gaun ini, aku tidak senang mahkota pengantin ini. Aku hanya mau ilham disini. Walau untuk terakhir kalinya. Tapi mana mungkin dia mau datang.
Sekarang waktunya pengucapan janji. Tapi mulutku rasanya seperti bisu. Aku gak akan bisa mengucapkan janji cinta kepada Revan. Aku hanya mengharapkan cinta dari ilham.
Tiba tiba aku melihat ilham di luar hotel tempat acara pernikahanku di langsungkan. Ilham hanya meneteskan air mata sambil memegang setangkai bunga mawar merah.
Aku gak tahan …….. aku gak sanggup ngelihat ilham sedih karena aku. Kamu gak usah nangis ilham. aku tetap sayang kanu kok. I LOVE YOU. Ucapku dalam hati.

Tak kuasa…… aku pun berlari menuju ilham. namun ilham malah berlari menjauhiku.
“ilham……. kamu jangan pergi aku gak mau kamu sedih. Aku gak bakal pernah bisa mencintai Revan. Yang ada di hatiku Cuma kamu. I LOVE YOU ilham.”

Ilham pun berhenti dan berbalik menujuku. Ia pun berdiri tepat di depanku.
“Christi…….. aku sayang kamu. Aku gak bisa ngeliat kamu bersamanya. Dia gak pantas buat kamu. I LOVE YOU Chris . Semoga kamu bahagia ya bersamanya” ucap ilham sambil meneteskan air mata. Ilhampun mencium keningku lalu berlutut menjulurkan setangkai bunga mawar. Perlahan aku menerima bunga mawar itu. “Aku yakin kamu akan bahagia bersama nya” ucap ilham dengan air mata yang terus bercucuran.
“Aku gak akan bisa bahagia bersamanya, aku hanya bisa bahagia jika bersamamu walau hanya sebentar “
“I LOVE YOU”
Tiba tiba Revan menarikku menjahun dari ilham. Hanya setangkai bunga mawar merah yang bisa ku kenang darinya. “I LOVE YOU ilham” aku harap kamu gak akan terus menangis karena ku.

68.cerpen galih dan ratna



GALIH DAN RATNA
Karya Diah Alifah
Ratna. Adalah seorang wanita Jogja yang pandai, cantik, dan sangat berbakti pada orangtuanya. ibunya hanya seorang pembuat batik sekaligus penjualnya, ayahnya sudah lama meninggal dunia. Hidup Ratna dan ibunya serba sederhana. Ratna bisa berkuliah karena kepandaiannya, ia mendapat beasiswa. Kesederhanaan yang membuat Ratna bersemangat untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
***

“Bu, Ratna berangkat ya.”
“Nak, sepulang kuliah tolong antarkan batik ini ke rumah bu Yulia, ini alamatnya.”
“Iya bu, aku jalan dulu ya bu.”
“Hati-hati ya,”
Sesampainya di kampus, Ratna langsung berlari menuju kantin karena ia sudah ditunggu olah sahabatnya. Tanpa sengaja, ia menabrak seseorang.
“Maaf, saya gak sengaja.”
“Maaf? Maaf aja gak cukup! Baju gue jadi kotor. Tau gak, baju ini harganya mahal! Pasti lu gak bakal bisa ganti! Makanya kalo jalan hati-hati. Ini kampus, bukan lapangan. Ngerti lo?”
“Iya saya ngerti. Tapi saya emang gak bisa ganti baju mas yang mahal.”

Orang yang Ratna tabrak langsung pergi. Ratna masih memikirkan baju orang itu. Semahal apa baju itu sampai kotor saja Ratna harus menggantinya?
“Gun maaf aku telat.” ujar Ratna pada Guntoro, sahabatnya
“Iya ora opo-opo. Kamu darimana? Lama banget.”
“Tadi didepan, aku nabrak cowok. Sombong banget cowok itu. Bajunya kotor aja aku harus ganti.”
“Pasti itu si Galih!!”
“Galih?”
“Iya, dia itu anak orang kaya. Makanya dia sombong,”
“Oh gitu. oiya Gun, nanti mau antar aku gak? Aku mau nganterin batik,”
“Ok,”

Sepulang kuliah, Ratna dan Guntoro langsung menuju ke tempat tujuan untuk mengantar batik. Waktu dari kampus sampai rumah bu Yulia selama 45 menit, itupun dengan motor. Untung Guntoro mau mengantar Ratna.
“Pak ini betul rumah bu Yulia?” tanya Ratna pada satpam
“Iya betul, ada perlu apa ya?”
“Saya mau mengantar pesanan batik bu Yulia.”
“Oh silahkan masuk.”

Mereka masuk kedalam rumah, lalu menunggu beberapa menit. Akhirnya bu Yulia datang.
“Ini batik pesanan saya ya?”
“Iya bu.”
“Ini Ratna kan?”
“Iya. Kok ibu bisa tau nama saya?”
“Saya teman ibu kamu. Sudah lama saya gak melihat kamu, setelah melihat sudah gadis yang cantik. Anak saya juga sepantaran kamu,”
“Ma.. aku pulang..” teriak anaknya yang baru pulang. Ternyata anaknya itu Galih.
“Eh ngapain lu ke rumah gue?” teriak Galih pada Ratna dan Guntoro
“Sttt.. Galih, ini anaknya temen mama. Namanya Ratna. Dia kesini mau nganterin kain batik pesanan mama.”
“Oh, nama lu Ratna. Pantes aja lu gak bisa ganti baju mahal gue. Orang miskin!”
“Galih!! Masuk ke kamar! Kamu Cuma bikin gaduh saja.”
“Oh, jadi mama lebih milih anak miskin ini daripada anaknya sendiri. Keterlaluan!”
“Bu, kami izin pulang. Terimakasih,” ucap Ratna dan Guntoro. Hati mereka sangat sakit mendengar perkataan Galih yang semena-mena
“Maafkan Galih ya cah Ayu. Dia memang begitu,”
“Iya bu, Ratna ngerti.”
***

Ratna akhirnya sampai ke rumahnya. Ia langsung membantu ibunya yang sedang menyuci. Tak ada kata lelah dalam kehidupan Ratna. Ia harus mengurangi beban orangtuanya. ketika Ratna sedang menjemur pakaian, ia melihat mobil mewah masuk ke rumahnya. Pemilik mobil itu adalah Galih dan bu Yulia.
“Assalammualaikum.. Ratna,”
“Waalaikumsallam bu Yulia, silahkan masuk.”
Ratna dan ibunya hanya bisa memberi teh manis hangat.
“Bu Siti, kalau ibu tidak keberatan saya mau menitipkan Galih disini selama seminggu. Semoga sifat sombong Galih hilang setelah Galih tinggal disini.”
“Ya semoga saja. Silahkan bu Yulia, saya tidak keberatan.” Jawab Bu Siti
***

Hari demi hari Galih lalui di rumah Ratna yang sangat sederhana. Sejak itu pula sifat sombong Galih mulai berkurang. Setiap berangkat kuliah, Galih naik angkot. Berbanding jauh dengan kehidupan Galih yang dulu, yang selalu naik mobil mewah.
“Ratna, ibu mau ke pasar. Tolong lanjutkan pekerjaan ibu,” ujar bu Siti
“Galih aja yang melanjutkan bu, Ratna pasti capek.” Galih langsung mengambil sapu untuk melanjutkan pekerjaan bu Siti tersebut.
“Gak usah mas Galih, Ratna aja.”
“Udah gak papa Ratna.”
***

Tak terasa sudah seminggu Galih berada di sini. Banyak sekali pelajaran yang Galih dapat. Besok Galih sudah harus balik ke rumahnya yang mewah.
“Mas Galih, ini Ratna bawakan teh hangat dan singkong rebus. Ratna boleh ikut duduk disini?”
“Duduk aja. Ratna, kenapa sih lu baik banget sama gue? Selama ini gue udah jahat banget sama lu. Gue jadi menyesal dengan semua perbuatan gue,”
“Ratna cuma mau buat mas Galih sadar, bahwa semua perbuatan mas Galih itu salah.”
“Selama gue disini, gue jadi ngerti arti kesabaran dan kerja keras. Lu udah gue anggap sebagai guru. Guru kehidupan yang ngajarin arti hidup. Makasih Ratna,”
“Iya mas,”
“Ratna, coba deh lu ngaca.”
“Ngaca? Emang ada apa mas?”
“Wajah kita mirip.”
“Ah masa si mas?”
Ratna bercermin. Kalau dilihat-lihat, mereka memang mirip. Mereka bagaikan anak kembar.
***

Bu Yulia datang untuk menjemput Galih.
“Galih, mama mau ngomong sama kamu.”
“Ngomong apa ma?”
“Sebenarnya ini rumah kamu.”
“Maksud mama? Galih gak ngerti ma.”
“Ini rumah kamu yang sebenarnya. Kamu anak kandung bu Siti, dan Ratna adalah saudara kembar kamu.”
“Apa ma? Mama gak bohong kan?”
“Gak Galih.. mama sudah mengidam-idamkan anak, tapi mama divonis tidak akan bisa punya anak. Akhirnya mama merawat kamu. Bu Siti juga membolehkan.”
“Jadi ibu aku bukan mama, tapi bu Siti.”
“Iya Galih..”
“Bu Siti, Ratna, maafkan Galih.. Galih sudah banyak salah sama kalian. Ternyata bu Siti ibunya Galih, dan Ratna adik Galih.”
“Iya nak Galih, maafkan saya. Dulu saya tidak bisa membiayai kamu dan Ratna. Bu Yulia menginginkan anak, yasudah kamu ibu berikan pada beliau.”

Suasana menjadi penuh tangisan. Galih sangat menyesal.
“Bapak aku mana bu?” tanya Galih pada bu Siti
“Bapak kamu sudah meninggal sejak kamu dan Ratna kecil.”
Tangis Galih semakin menjadi-jadi. Dan, akhirnya Galih menjadi seorang anak yang tak sombong lagi. Hidup Galih menjadi serba sederhana. Akhirnya keluarga bu Siti lengkap dengan kehadiran anak kembarnya, yaitu Galih dan Ratna.
PROFIL PENULIS
Saya Diah Alifah.. ini cerpen ketiga saya. bikin cerpen bikin ketagihan, jadi mau bikin lagi dan lagi. apalagi kalau banyak yang suka dengan cerpen saya, jadi lebih semangat. semoga kalian suka dengan cerpen saya.

66. Home » Cerpen Persahabatan » Cerpen Sedih » I Love You My Best Friend - Cerpen Persahabatan Sedih

I LOVE YOU MY BEST FRIEND
Karya Monica Sucianto

Seperti biasa aku memulai hari hariku dengan sekoloah. Disekolah, aku duduk sebangku dengan Riski. Riski adalah sahabat terbaikku. Kita selalu bersama. Sebagai sahabat aku dan Riski takkan terpisahkan.
Selain Riski aku juga punya sahabat namanya Cika. Cika sangat baik sama aku. Cika tau semuanya tentang aku. Bagiku Cika gak punya kekurangan sebagai sahabatku.
Kemanapun aku pergi Riski pasti selalu nemenin aku. Dari dulu aku suka sama Riski, tapi aku malu untuk mengungkapkannya. Walau begitu dia tetap jadi sahabatku.
Aku terus mencoba memunculkan keberanianku untuk mengungkapkan semuanya kepada Riski. Tapi aku tetap gak bisa mengungkapkan semuanya.

Hingga suatu hari aku melihat Riski jalan sama Cika. Aku gak nyangka, itu sahabatku. Aku juga belum sempat mengungkapkan nya kepada Riski. Kenapa jadi begini. Aku benci kamu Ris. Padahal dari dulu aku udah mencoba untuk mendapatkanmu. Tapi kenapa kamu malah pergi bersamanya. Aku gak mau ketemu kamu lagi.
“Bela……”sapa Riski kepadaku.
Aku gak mau membalasnya, aku benci Riski. Aku hanya berlari menjauhinya. Aku mencoba melawan rasa sakit di hatiku. Tapi tetap gak bisa. Aku gak mau kehillangan Riski. Setiap dia memanggilku aku gak mau menghiraukannya. Riski lebih memili Cika, daripada perasaanku ini. Aku sering melihatnya berduaan di kantin. Semakin bertambah sayatan di hatiku ini.
Kenapa aku harus suka kepada orang yang tidak mengerti perasaanku. Tapi mengapa aku gak bisa ngelupain dia. Tuhan tolong jawab aku, kenapa ini semua terjadi. Aku gak sanggup jika Riski gak bersamaku.
Dimalam yang indah ini aku memandangin dua bintang yang andaikan itu aku dan Riski.
“Bela Bela. Pls jawab aku , aku tau kamu marah. Tapi kenapa?”teriak Riski di depan rumahku tiba tiba.

Aku ingin membalas panggilanya. Namun aku gak bisa, aku masih benci sama dia. Beberapa saat Riski udah gak ada di depan rumahku.
“untunglah, aku udah gak sanggup ngeliat wajahnya lagi. Aku membayangkan dulu kita bahagia bersama” kataku dalam hati.
Keesokan harinya, aku gak ngeliat Riski sama Cika. Aku mulai tenang. Riski udah gak sama cika lagi.
“Bela kamu marah ya sama aku?” Tanya Riski tiba tiba.

Aku hanya tersenyum memandangnya.
“Kamu mau gak pulang bareng aku?” Tanya Riski lagi.
“Boleh” jawabku singkat.
Sepulang sekolah aku pulang bersama Riski. Aku bercanda dan tertawa seperti dulu lagi. Aku senang, mungkin melebihi dari senang. Tiba tiba sesuatu terjadi. Mobil Riski menabrak sebuah mobil, dan aku dan Riski tak sadarkan diri.

Perlahan lahan aku mula membuka mata. Ternyata aku sudah ada di rumah sakit. Aku hanya melihat mama, papaku yang menangis di depanku.
“pa, ma kenapa nangis ?Riski mana? aku gak pa-pa kan?” tanyaku kepada mama dan papa.
“Tulang kaki kamu patah sayang, kamu harus pakai kursi roda”jawab mama sambil menangis
“ha……. Terus Riski mana?” tanyaku lagi.
“mama gak tau Riski kemana”jawab mama
Ris semoga kamu gak pa-pa ya, harapku dalam hati.
Sekarang aku menjalani hari hariku dengan berbaring di ranjang rumah sakit. Aku kesepian tanpa Riski. Aku berharap Riski kembali dalam keadaan sehat. Aku kangen kamu Ris
***

Hingga akhirnya aku bisa keluar dari rumah sakit. Tapi aku tetap gak bisa jalan, aku hanya bisa duduk tak berdaya di kursi roda. Aku masih berharrap Riski bisa kembali.
“mama apa Riski masih hidup”tanyaku kepada mama.
“mama gak tau, yang penting sekarang kamu doain Riski biar dia selamat.
Walau aku gak bersamamu, aku tetap sayang kamu Ris. Aku bakal tetap doain kamu seperti pesan mama ku.
Tuhan, kenapa ini semua terjadi? Apakah aku masih bisa bertemu Riski untuk yang terakhirkalinya. Tuhan tolong pertemuhan ku dengannya, aku gak bisa hidup tanpanya.
Berhari hari aku menunggu dan menunggu. Tiba tiba ada seseorang yang mengetuk ngetuk pintu rumahku. Ternyapa itu Riski, aku gak nyangka kamu bakal kembali Ris. Walau kamu juga duduk di kursi roda sepertiku, aku tetap sayang kamu. Aku gak bisa hidup tanpa kamu Ris. Jangan tinggalin aku lagi ya

Aku dan Riski di bantu untuk duduk di kursi panjang depan rumahku.
“bel….. Aku Cuma mau ngasi kalung ini sama kamu. Kalung ini akan menjadi kenangan kita bersama” kata Riski
“makasi Ris. Tapi aku udah senang kok kamu kembali, AKU SAYANG KAMU”jawabku
“Aku tau, tapi kalung ini akan menjadi kenangan kita berdua. Karna aku tau aku udah gak bisa hidup lagi, dan nemenin kamu lagi seperti dulu.
I LOVE YOU FOREVER
Riskipun menutupkan matanya di dekapanku. Tuhan memang mengabulkan doaku untuk bisa bertemu dengan Riski lagi, tapi hanya untuk beberapa saat.
good bye Ris semoga kamu tenang di sana.

***TAMAT***

64. cerpen "pupus"

Sebuah senyum terukir manis di sudut bibir vionica saat menatap langit sore di taman tak jauh dari tempat tinggalnya. Kegiatan rutin yang ia lakukan setiap sore. Tidak pernah sekalipun ia alpa mengunjungi taman itu kecuali cuaca tidak bersahabat.

Melihat awan yang berarak di sekeliling langit biru benar - benar menenangkan hatinya. Rasanya semua rasa lelah serta berat beban yang ia tanggung menguap begitu saja.

Di liriknya jam yang melingkar di tangan, pukul 17:00 kurang seperempat. Sepertinya tanpa sadar ia sudah menghabiskan waktu hampir 15 menit duduk santai di sana. Hanya diam menatap langit, sama sekali tidak memperdulikan sekeliling yang kadang masih saja ada yang heran menatap ulah nya. Walau sebagian lainnya sudah menganggap itu hal biasa.

Terlebih dahulu menarik napas dalam - dalam akhirnya Vionica bangkit berdiri. Melangkahkan kaki kearah rumah tingkat bercat kuning di kawasan cendana. Yang sudah sejak Empat bulan terakhir ditetapkan sebagai tempat tinggalnya.

"Baru pulang vio?".

Merasa ada yang memanggil namanya Refleks vio menoleh. Kepalanya langsung mengangguk di sertai sebuah senyuman yang tak luput dari wajahnya saat mendapati Fandi yang berjalan dengan nafas sedikit terengah dibelakangnya.

"Tumben nggak mampir ketaman?" tanya Fandi lagi sambil berjalan beriringan.

"Barusan aku dari sana".

"Masa si?. Kok tadi aku nggak liat?"

Dan vio hanya angkat bahu membalasnya.

"Ngomong - ngomong kamu habis dari mana?" tanya vio mengalikan permbicaraan.

"Main bola di lapangan".

"O" Mulut Vio membulat. Sepertinya ia sudah paham sekarang kenapa Fandi terlihat ngos ngosan.

"Vio?".

"Kenapa?" Tanya Vio saat mendapati tatapan Ragu di wajah Fandi.

"Sudahlah.. Lupakan".

Walau bingung Vio tidak berkomentar apa - apa lagi. Lagi pula sepertinya ia juga sudah sampai tepat di depan kostannya. Dengan sedikit basa - basi Vio pamit masuk kerumah.


Setelah mengemasi barang barangnya vio bersiap siap untuk pulang. Sesekali matanya melirik sekilas kearah seseorang yang duduk selang dua meja darinya. Seseorang yang kali ini mengenakan kemeja putih dengan garis garis hitam yang makin terlihat keren benar benar telah menarik perhatian vio.

"Dari pada cuma lirik lirik pandang kenapa nggak coba samperin aja langsung".

Suara bisikan yang mampir di telinganya sukses membuat vio menoleh. Merasa kesel saat mendapati senyum janggal di bibir vieta, sahabat terbaiknya.

"Apaan sih" gerut vio sambil kembali mengalihkan perhatian nya kearah buku catatan yang masih tergeletak di meja.

"Nggak usah ngeles. Orang bego juga pasti akan langsung tau kalau kamu suka sama Harry cuma melihat dari cara mu menatapnya" tambah vieta lagi.

Kali ini vio kembali menoleh. Menatap tajam kearah vieta. Orang bego juga akan tau?. Maksutnya harry bego karena sepertinya orang itu tidak tau?. Ehem, atau pura - pura nggak tau ya?.

"kau akan tau jawabannya kalau kau berani bertanya langsung padanya".

Kali ini kening vio berkerut bingung, emang sahabatnya bisa membaca pikirannya ya?.

"nggak usah heran aku bisa tau apa yang kau pikirkan. Soalnya itu jelas -jelas terukir di jidat mu".

Mendengar kalimat yang vieta lontarkan barusan sontak membuat vio memberengut sebel. Apa apa an itu?. Tadi tatapan mata, sekarang terukir di jidat. Memangnya mulut udah nggak perlu di pake lagi ya?.

Sayangnya belum sempat mulut vio mengeluarkan bantahan, suara lain sudah terlebih dahulu menginterupsi.

"vio kamu nggak pulang?".

"Eh, em. Pulang kok. Ni lagi beres - beres" balas vio sedikit tergagap. Tidak menyangka, Harry, orang yang sedari tadi ia gosipkan akan menyapanya duluan.

"Oh gitu . Duluan ya" pamit Harry sambil tersenyum.

Senyuman yang paling vio sukai sekaligus paling ia benci. Suka, karena itu adalah senyuman paling manis yang pernah ia temui. Benci, karena ia sadar kalau senyum itu bukan hanya untuknya.

"Ehem, Ck ck ck".

Vio sama sekali tidak memperdulikan decakan mengejek yang keluar dari mulut Vieta. Matanya masih terus menatap sosok Harry yang terus melangkah menjauh. Samar sebuah senyuman terukir di bibirnya. Sebuah senyum penuh harapan. Ya, ia masih boleh berharapkan. Selama ia tau masih belum ada seseorang yang menjadi pasangan pemilik senyum faforitnya.

Cerpen Pendek "Pupus"

"Oh ya, Tadi katanya ada yang ingin kamu katakan. Apa?".

Pertanyaan yang Harry lontarkan sontak menyadarkan Vio dari lamunannya. Jantungnya berdetak Dag Dig Dug nggak karuan. Hari ini, Di taman ini, Ia berdiri. Berhadapan langsung dengan Harry yang kini berada tepat di hadapannya.

Menuruti saran Vieta, Ia nekat menemui Harry. Mengajaknya ketemuan di taman belakang kamus. Berniat untuk mengungkapkan langsung tentang perasaannya.

"Harry..." Ujar Vio dengan Suara sedikit bergetar. Astaga, Jantungnya. Masihkan ada di dalam dadanya ataukah sudah melompat keluar.

"Aku suka sama kamu" Sambung Vio akhirnya.

Sunyi, Hening dan sepi. Vio masih menatap lurus kearah Harry yang juga kini menatapnya. Sedikit perasaan lega tergambar di wajah vio saat ia menyadari kalau ia berhasil mengucapkan kata yang sudah sejak kemaren - kemaren ia praktekan sendiri. Namun, disaat bersamaan rasa cemas juga menghantuinya. Rasa cemas menanti jawaban yang akan keluar dari mulut Harry.

"Aku juga menyukaimu...".

Kalimat yang keluar dari mulut Harry benar - benar mengantar Vio terbang keawang - awang. Merasakan bahagia yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Dan sebelum sebuah senyuman terukir di bibirnya sebagai luapan rasa bahagiannya ia sudah terlebih dahulu menyadari kalau ia telah dihempaskan jatuh kedasar jurang yang paling dalam saat mendengar kalimat lanjutan Harry.

"Tapi sebagai sahabat".

Dan yang terjadi selanjutnya vio sama sekali tidak menyadarinya. Ia tidak menyadari saat kepalanya mengangguk, ia tidak menyadari saat harry mengucapkan kata maaf padanya. Bahkan ia juga tak menyadari kata kata yang keluar dari bibirnya. Ia juga tak menyadari saat Harry melangkah meninggalkannya. Dan untuk pertama kalinya perasaannya tak menyadari sebuah senyum yang tetap Harry lontarkan untuknya.

Satu satunya hal yang mampu ia sadari adalah rasa sakit. Rasa sakit yang mendera kedalam hatinya, yang mengalir didalam darahnya. Dan ia menyadari kalau ini bukan mimpi.

61. Ketika Diam adalah Pilihan

Pagi yang indah ketika nyanyian burung saling bersahutan. Mentari yang mulai berani menampakkan senyumnya, menambah keindahan pagi. Kesibukan di kampus pun telah menungguku. Aku pun pergi ke kampus dengan penuh semangat. Setibanya di kampus, ku melihat beberapa sepeda motor yang tersusun rapi. “Mengapa hanya ada sedikit sepeda motor di sini? Kemana ya para panitia seminar? Katanya harus datang pagi-pagi” pikirku.
Aku menoleh ke kiri dan ke kanan. Maksudku ingin melihat teman-teman yang lain. Tapi bukan teman-teman yang ku lihat. Ayo tebak apa coba? Gak tau kan? Trus, mau tau atau mau tau banget? Haha, bercanda teman. Ternyata yang ku lihat adalah seorang gadis berjilbab merah muda dengan kaca mata yang menghiasi wajahnya. Ia hanya tersenyum. Aku terdiam sejenak. Tiba-tiba seorang teman menyapaku. “Ales”
“Eh Ridho, baru datang ya?” jawabku.
“Iya, ke dalam lagi yuk, kita lihat keadaan di dalam” ajaknya.
Kami pun beranjak pergi. Semakin jauh ku melangkah, semakin tak terlihat senyum manisnya. Oke, berlalu sudah kisah pagi itu. Tak lama kemudian seminar pun di mulai dan berjalan sukses sampai akhir acara.
Seperti air yang mengalir, hari demi hari pun berlalu tanpa pernah akan kembali. Bayangan tentangnya sudah samar-samar di benakku. Sampai pada suatu acara yang di lakukan oleh salah satu UKMF kampus. Aku tak pernah menyangka akan dipertemukan lagi dengan dirinya. Meski aku berharap bertemu lagi dengannya. He he…
Sesekali aku menoleh ke belakang hanya untuk melihat dirinya. Aku seperti rumput yang sangat bahagia saat hujan mengguyur ketika musim kemarau. Ketika sebuah pertanyaan di ajukan oleh pembawa acara, aku ingin sekali menjawabnya agar ia mengenal siapa aku.
“Jawab atau tidak ya, jawab atau tidak ya” kebimbangan ini terus-menerus bermunculan di otakku.
Akan tetapi, sifatku yang pemalu tak bisa ku lawan. Aku tak berkutik meski ku coba melawan dengan sekuat pikiranku. Tanpa terasa acarapun selesai. Kesempatan pun berlalu.
Aku menceritakan semua yang terjadi kepada teman-temanku.
“Ki, semalam aku bertemu dengan seorang wanita berkaca mata yang manis sekali, pakaiannya muslimah lagi. Dirinya membuatku kagum Ki” ceritaku pada Riki.
“Memangnya dia dari Fakultas mana Les? Jawab Riki.
“Fakultas Tarbiyah dan Keguruan mungkin. Jawabku.
“Kapan-kapan tunjukkan kami orangnya ya” sahut Indon.
“Sip deh” jawabku.
Semenjak saat itu aku pun berharap untuk bertemu dengannya kembali. Ternyata harapan ku itu benar-benar terjadi, lagi-lagi aku di pertemukan dengan dirinya dalam suatu acara di kampus. Aku menghadiri acara itu bersama Riki.
“Ki, itu kakak yang aku ceritakan kemaren”
“Mana les?” tanya Riki.
“Itu yang pakai jilbab hijau” jawabku.
“O’oh itu, aku dengan Indon juga pernah melihatnya di Bank dekat Fakultas kita. Cantik Les” kata Riki.
Kali ini mencul rasa yang tak biasa, susah rasanya untuk melepaskan pandangan dari dirinya. Jilbab hijau yang melingkar menutupi kepalanya, kaca mata yang menghiasi wajahnya. Senyuman manisnya, busana muslimah nan anggun, mencerminkan seorang wanita muslimah.
Ketika ku terhanyut dalam lamunan, adzan shalat Ashar pun berkumandang. Kami berangsur-angsur pergi ke luar untuk menunaikan shalat ashar. Setelah selesai menunaikan shalat, aku dan Riki duduk di dalam ruangan sambil menunggu teman-teman yang lain memasuki ruangan untuk melanjutkan acara.
Kami duduk di dekat pintu masuk. Ketika asyik bercerita, panitia acara menyuruh para peserta untuk segera bergegas ke tempat duduk masing-masing karena acara akan dilanjutkan kembali. Kami pun bergegas. Aku mulai melangkahkan kaki, tiba-tiba gadis berjilbab hijau itu pun muncul dari pintu masuk. Rasa yang aneh pun mulai ku rasakan. Jantung ku berdegup kencang saat aku berjalan di dekatnya. Ayunan langkah kaki ku dan dirinya yang serentak menuju tempat duduk, sungguh aku tak pernah menyangka hal ini akan terjadi.
“Cie, cie Ales” sindir Riki.
“Apa Ki?” jawabku.
“Bagaimana rasanya berjalan disampingnya?” kata Riki.
“Jantungku serasa mau jatuh Ki. Untung saja aku gak jatuh pingsan. Hahaha” candaku.
“Lebayyyyy kamu les” kata Riki.
“Hehehe” aku hanya tersenyum.
Aku tidak bisa fokus rasanya mengikuti acara tersebut. Selalu saja aku mencari kesempatan untuk melihatnya. Yah, udah salah tempat ni. Bukannya menyimak acara, malah memperhatikan dia. Bagi teman-teman, jangan sampai hal ini terjadi pada kalian ya. Dalam mengikuti suatu acara harus fokus terhadap acara tersebut. Setujuuu? Hehe…
Tak lama kemudian acara pun selesai. Aku dan Riki pun bergegas pulang. Sesampainya di halaman luar gedung, ternyata dia tepat di depan kami.
“Ki, Ki, itu dia.” Ucapku.
“Udah lah Les, dari tadi dia aja yang kamu perhatikan” nasehat Riki.
Tiba-tiba seseorang memanggilnya dengan ucapan “Si”.
“Si?” kira-kira siapa ya namanya? Pikirku.
Aku pun pulang dengan seribu tanda tanya. Seperti jurusnya Naruto ya, jurus seribu bayangan. Hehe. Di dalam pikiranku, ada seribu tanda tanya. Tanda tanya tentang siapa nama gadis berjilbab hijau itu sebenarnya.
Aku mulai mencari namanya di facebook dengan kata kunci “Si”. Ternyata usahaku tidak sia-sia. Aku menemukan akun facebooknya. Kami pun berteman di jejaring sosial tersebut dan kemudian berlanjut ke twitter.
Semua seperti sebuah skenario yang telah tersusun rapi. Semakin hari semakin aku tak bisa lepas dari dekapan bayang-bayang tentangnya. Ku selalu teringat pada dirinya, sering menyebut namanya serta membicarakan dirinya. Sikapnya yang mungkin biasa-biasa saja bahkan tiba-tiba menjadi terasa lebih mengesankan dari pada sikap seorang sahabat yang bersusah payah membantu ku dalam menyelesaikan masalah. Aneh bukan? Ya, memang aneh. But, it is real friend. Teman-teman semua juga pernah merasakannya kan? Hayo ngaku.. ngaku aja deh. hehe. Kurasa aku telah jatuh cinta padanya. Ini adalah anggapan awalku. Tetapi ternyata aku salah. Ini bukan cinta. Aku hanya terperangkap nafsu yang telah memenjarakan akal sehatku. Nafsu untuk selalu memikirkannya, membayangkan sesuatu tentang dirinya.
Jika aku memilikinya pun, apa yang bisa ku beri untuknya? Apa yang bisa ku lakukan untuk membahagiakannya? Baru juga mahasiswa, pikirannya udah jauh menerawang tanpa kejelasan arah dan tujuan. Think again! Masa depan masih panjang. Masih banyak hal-hal besar yang bisa ku lakukan. Masih banyak tantangan dan rintangan kehidupan yang belum ku rasakan. Lagi-lagi masih banyak persiapan yang ku butuhkan untuk bisa memilikinya dengan cara yang halal bukan dengan cara biasa yang sebenarnya tak biasa dan seharusnya tak pernah ada seperti fenomena sekarang ini.
Tak bisa ku mengkhianati hatiku sendiri. Tak bisa ku berkata tidak untuk tidak memikirkannya dan tak bisa ku berkata tidak jika aku berharap bisa memilikinya. Jujur, aku ingin memilikinya, menjadikannya seseorang yang memiliki arti dan makna yang spesial. Seseorang yang akan menemani hari-hari ku hingga dunia tak akan terlihat lagi. Tetapi aku belum siap. Secara masih mahasiswa. Apa-apa masih minta sama orang tua. Jadi lebih baik aku memendam keinginan itu, membiarkannya dalam diam dan jika keinginanku ini tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, akan kucoba untuk membiarkannya tetap diam. Jika memang ia bukan jodohku, aku yakin Allah tahu. Seiring mengalirnya air, ia akan membawa setitik demi setitik rintihan hujan mengikuti alirannya menempuh jalan nan panjang untuk sekedar melepas lelah di ujung perjalanan. Perlahan-lahan keinginan itu akan hilang dengan sendirinya dan Allah akan menggantinya dengan rasa yang lebih indah dan tepat. Akan kucoba untuk menyimpannya rapat-rapat, menjadikannya memori nan indah di sudut hati. Percayalah sesungguhnya Allah itu lebih mengetahui apa yang tidak kita ketahui.

59. Kisah Persahabatan Tasya

Anastasya Anandra Putri Annetya atau biasa dipanggil Tasya adalah murid kelas 4 SD, dia sekolah di SD Angkasa Merdeka, Tasya adalah anak tunggal. Tasya adalah anak yang baik hati, cerdas, suka menolong dan rajin oleh sebab itu Tasya disukai teman–teman nya.
Pagi itu Tasya bangun pukul 05.30, lalu membereskan tempat tidur, pukul 06.00 dia mandi, pukul 06.20 Tasya siap–siap sekolah, pukul 06.30 Tasya sarapan dan pukul 06.40 Tasya berangkat sekolah.

Setiba nya di sekolah Tasya duduk dibangku nya beberapa saat kemudian Bu Theresia wali kelas Tasya, memperkenalkan murid baru nama nya Lea “anak–anak kita kedatangan teman baru namanya Lea Sabella, Lea kamu boleh duduk di sebelah Tasya”. karena Tasya dan Lea saling malu mereka tak mengobrol sedikit pun. Saat istirahat Tasya menemui Lea yang sedang ada di kantin sekolah, “Hai, boleh kenalan?” tanya Tasya “Boleh” jawab Lea singkat “nama kamu siapa?” tanya Tasya lagi “nama aku Lea Sabella tapi kamu bisa manggil aku Lea” Jawab Lea.

Tak terasa 8 tahun telah berlalu, Lea dan Tasya pun semakin akrab dan menjadi sahabat. Pada suatu hari saat Tasya sedang jalan–jalan, dia kecelakaan dan langsung di bawa ke rumah sakit terdekat oleh orang–orang yang melihat nya, setelah beberapa hari Tasya tak juga sadar. Dan akibat kecelakaan tersebut Tasya harus kehilangan kornea mata kiri nya, Lea yang juga sedih akan nasib sahabat nya mendonorkan kornea mata nya.

Saat hari operasi telah tiba bertepatan dengan hari ulang tahun Lea yang ke 17 tahun, tapi di hari ulang tahun nya bukan dia yang diberi kado tapi ia yang memberi kado kepada sahabat nya, kado terindah yaitu kornea mata. Di tengah jalan nya operasi tiba–tiba Lea kejang–kejang, dokter mencoba yang terbaik tapi sayang nya Lea telah pergi untuk selama nya, di hari yang memperingati hari lahir nya sekaligus di hari terakhir hidup nya.

Saat Tasya sudah sembuh dan boleh pulang dari rumah sakit, Tasya pun pulang kerumah bersama ayah dan ibunya, keesokan hari nya Tasya merasa tenaga nya sudah pulih dan meminta izin kepada ibunya untuk pergi kerumah Lea “Bu, Tasya mau kerumah Lea boleh tidak?” Tanya Tasya “Tapi, tenaga kamu belum pulih total Tasya” kata ibu, sebenarnya Bu Leoni (ibu nya Tasya) berbohong karena takut Tasya shok mendengar kabar Lea telah meninggal.

2 hari kemudian Tasya meminta izin kembali kepada ibunya “Bu boleh ya Tasya ke rumah Lea” Kata Tasya, “Ya sudah lah sana” jawab Bu Leoni, Bu Leoni pikir sudah saatnya Tasya tau apa yang telah terjadi. Tasya langsung pergi kerumah Lea, beberapa menit berlalu Tasya pun sampai di depan rumah Lea. Tok tok tok… Ciiittt, suara pintu berdecit saat sedang dibuka oleh Bu Leandra ibunya Lea, saat Bu Leandra keluar rumah untuk menemui Tasya matanya lebam seperti habis menangis sangat lama sehingga Tasya menanyai bu Leandra “Tante, tante kenapa?” Tanya Tasya “Tante nggak apa–apa kok Tasya.. Oh iya ayo kita masuk dulu” Bu Leandra melontarkan senyuman kecilnya, Tasya duduk di sofa berwarna krem. “Tunggu dulu ya Tasya” “iya tante” kata Tasya, Bu Leandra segera membuatkan teh dan mengambil surat terakhir dari Lea “Tasya ini ada surat buat kamu” kata Bu Leandra sambil menangis

From : Lea Sabella
To : Tasya
“Maaf kalau aku banyak salah sama kamu
Maaf jika aku selalu membuatmu menangis
Tapi mungkin hari ini adalah hari terakhir ku membuatmu sedih, menangis
Dan kado terakhir dariku yaitu kornea mata dan nyawaku
do not you cry over me please…
Sekian surat dariku”

Tulisan Lea yang lembut merangkai di setiap sisi kertas, begitu tersayat sedih hati Tasya saat tahu dia sembuh dari nyawa sahabat nya. “Tante dimana makam Lea” tanya Tasya sambil menangis “Ke utara dari sini”, Tasya langsung pamit kepada Bu Leandra dan menuju ke tempat pemakaman Lea. Saat sudah sampai Tasya langsung mencari makam Lea, berjam–jam telah dilalui Tasya di pemakaman tersebut tapi Tasya tak dapt menemukan makan Lea, Tasya pun mulai kelelahan tapi saat dia mulai putus asa dan mulai melangkahkan kakinya keluar gerbang dia melihat sebuah makam yang masih basah tanah nya dan melihat terukir nama Lea Sabella. Tasya pun menangis sejadi–jadinya, dan diapun meletakkan kalung liontin bening di atas makam Lea dan pulang kerumahnya. Setelah itu setiap hari Minggu Tasya selalu mengunjungi makam Lea.

Cerpen Karangan: Benedicta Loveni M

Dari Cerpen Persahabatan diatas tentunya akan ada banyak sekali motivasi serta hikmah yang bisa kita ambil. Karena pada dasarnya persahabatan merupakan sesuatu yang sangat indah. Maka alangkah lebih baiknya kita jauh lebih mengutamakan persahabatan tersebut daripada hal-hal lain seperti cinta atu pekerjaan yang seringkali bisa merusak segalanya. Karena memang untuk mencari seorang sahabat sejati sangatlah sulit kita temukan di jaman sekarang ini. Oleh karena itu selagi kita memiliki sahabat-sahabat yang baik dan peduli terhadap kita, maka menjaganya merupakan hal utama kemudian diaktualisasikan dengan sikap baik dan rela berkorban kita terhadap para sahabat kita.

58. Don’t Take My Best Friend

Awal cerita di mulai saat ada seorang anak perempuan yang bernama Gisella Andrea Ibrahim atau biasa di panggil Gisell, Gisell tinggal di Kota Bogor, Jawa Barat bersama kedua orang tuanya, Pratiwi Wijaya dan Muh.Ibrahim. Gisell sekolah di SMPN 2 Cahaya Bangsa, Gisell duduk di kelas VII.11, Gisell dimasukkan ke kelas unggulan. Disitulah ia bertemu sahabat barunya yaitu Nickta Maya Anggraini, atau yang kerap di panggil Aini, dia sahabat Gisell yg paling cantik, namun Aini merupakan anak yang pendiam, dia sering terlihat pucat, Aini mempunyai adik yang duduk di bangku SD, adik Aini bernama Aura.
Sebelum Gisell bersahabat dengan Aini ia sudah terlebih bersahabat dengan Liona Dwi Kirana, atau yang kerap di panggil Kirana, Kirana merupakan sahabat Gisell yang paling ia sayang, sejak SD Gisell sudah bersahabat dengannya. Kirana merupakan anak konglomerat di Bogor, walaupun ia anak konglomerat (orang kaya) namun ia sama sekali tidak sombong ia bahkan sangat dermawan dan tidak boros.
Pada suatu hari, pada jam pertama Gisell belajar Kimia, Pak Guru membagi mereka menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 orang, aku masuk di kelompok 2 yang terdiri dari : Gisell, Kirana, Aini, dan salah seorang anak yang bernama Fauziah Citra Adelia atau yang kerap di panggil Citra. Pada saat praktikum, Aini tiba-tiba pusing akhirnya Kirana mengantarnya ke UKS, Gisell tak ikut mengantar Aini karena ia ketua kelompok, ia tidak mungkin meninggalkan tanggung jawab, jadi ia hanya mengerjakan tugas dan berdoa agar Aini tak apa-apa. Karena memikirkan Aini, Gisell pun tak serius mengerjakan praktikum, dan tanpa ia sengaja, cairan Kimia tumpah ketangannya, Gisell pun panik dan menangis, kemudian Citra yang ada didekatnya langsung membawa Gisell ke UKS diikuti oleh guru dan teman-teman Gisell. Tangan Gisell diobati oleh Citra, ia kagum dengannya walaupun ia tak mengenalnya dia tetap menolongnya.
Saat jam istirahat dengan tangan Gisell yang di balut perban, kedua sahabatku yakni Aini dan Kirana panik dan bertanya “tanganmu kenapa Gisell, kok di perban” Tanya Kirana. “tadi saat praktikum Kimia tanpa sengaja cairan Kimia tumpah ketanganku dan melepuh” jawab Gisell. “tapi kamu nggak apa-apa kan?” Tanya Aini. “nggak apa-apa kok, oh ya keadaan kamu gimana, kamu nggak apa-apa kan? “Tanya Gisell.” “aku cuma sakit kepala biasa kok, aku nggak apa-apa” Jawab Aini. “oh ya siapa yang mengobati dan membawamu ke UKS?” Tanya Kirana. “Citra” singkat Aini. “kita harus berterima kasih padanya karena ia telah mengobatimu, ayo kita cari dia di kantin” ajak Kirana. “ayoo.” kata Aini.
Saat di kantin Gisell, Kirana, dan Aini bertemu dengan Citra dan langsung menghampirinya, “Citra, terima kasih ya, udah nolong aku tadi” kata Gisell. “iya Sell sama-sama” kata Citra. “oh ya kamu mau nggak gabung ama kita?” Tanya Kirana. “boleh..” jawab Citra. Dan sejak saat itu Gisell, Kirana dan Aini bersahabat dengan Citra.
Suatu hari saat di sekolah, Gisell dan sahabat-sahabatnya janjian untuk piknik ketaman. Dan saatnya pun tiba Gisell ke taman dengan hati yang riang, saat sampai di taman Gisell menemui dua sahabatnya Aini dan Citra tanpa Kirana Gisell pun bertanya. “Aini, kok Kirana belum datang?” Tanya Gisell. “akun juga nggak tahu” jawab Aini. “tunggu aja, nanti juga datang kok” kata Citra. Sudah 3 jam meraka bertiga menunggu. Hari pun mulai gelap Kirana belum datang juga, baru kali ini Gisell dikecewain oleh Kirana. Dan akhirnya mereka bertiga pun pulang dengan hati kecewa.
Keesokan harinya, Gisell, Aini dan Citra menunggu Kirana. “duh itu anak kok belum datang sih” kata Citra. Tiba-tiba Kirana datang, namun kali ini ia datang dengan ayahnya dan tidak memakai baju sekolah. “Kir.. lho kok nggak ketaman kemarin dan lho kok juga nggak pakai baju sekolah sih?” Tanya Gisell. “kemarin aku nggak sempat pergi kemarin ayah ku stress karena ia di tipu dan akhirnya bangkrut, jadi aku nemenin Ayahku aku takut terjadi apa-apa sama ayahku, karena itu ayahku mengajakku ke rumah nenekku di Australia untuk melanjutkan hidup, karena ayah ku tak punya apa-apa lagi sekarang, jadi aku akan pindah sekolah ke Australia” kata Kirana sambil meneteskan air mata. “jadi kamu mau ninggalin kami?” Tanya Gisell. “maaf teman-teman aku terpaksa harus meninggalkan kalian, oh ya ayahku udah mau ke Bandara, aku pergi dulu ya teman-teman, jangan lupakan aku” kata Kirana sambil naik ke bus. “selamat jalan Kirana, hati-hati dan jangan lupakan kami juga” kata Citra yang menangis. Akhirnya lonceng berbunyi orang yang biasa duduk di dekat Gisell, pergi meningglakannya.
Sudah hampir 2 bulan Gisell pergi, pada suatu hari Aini mimisan di kelas, hidungnya mengeluarkan darah, akhirnya ayahnya datang menjeputnya, untuk di bawa ke rumah sakit, Gisell dan Citra tak ikut karena mereka harus belajar. Tak lama kemudian lonceng pulang pun berbunyi, Gisell dan Citra bergegas ke rumah sakit, saat sampai ke rumah sakit, “tok.. tok.. tok.” bunyi pintu saat di ketuk oleh Citra. Saat pintu dibuka mereka berdua langsung lari menghampiri Aini yang terbaring lemah di Rumah Sakit, “kamu saki apa Aini?” Tanya Gisell. “aku nggak apa-apa kok” jawab Aini. “nggak apa-apa gimana, kamu aja nggak bisa bangun” kata Citra. Kemudian, seorang suster masuk ke kamar Aini untuk memanggil orang tua Aini untuk menghadap ke Dokter. Saat sampai ke dokter Ibu Aini bertanya “bagaimana dok.. anak saya sakit apa?” Tanya Ibu Aini. “maaf Bu, maaf Pak, sulit untuk mengatakannya, ternyata anak Ibu dan Bapak sakit Kanker Darah Stadium 3” kata Dokter. “apa dokk.. nggak mungkin, anakku nggak mungkin sakit separah itu, nggak mungkin dok” kata Ayah Aini yang tak dapat membendung air matanya. “tapi inilah kenyataannya pak, ini takdir dari Allah” kata Dokter. “Pahh.. Aini Pahh” tangis Ibu Aini.
Kemudian Ayah dan Ibu Aini, masuk ke kamar dengan membawa surat kesehatan Aini dari dokter, Aini bertanya “Mahh, Aini sakit apa Mah?”. “nggak apa-apa nak, kamu sakit biasa karena kecapean” kata Ibu Aini. Ibu Aini tak ingin memberi tahu keadaan Aini sekarang karena ia takut Aini kehilangan semangat untuk hidup. Setelah itu Gisell dan Citra pun beramit pulang ke rumah mereka masing-masing.
4 hari kemudian, Aini pun diputuskan untuk dipulangkan, namun belum diperbolehkan ke sekolah, akhirnya Gisell dan Citra pergi menjenguknya, saat berada di kamar Aini, Gisell tiba-tiba sakit perut dan minta izin ke toilet, saat ke toilet Gisell menemukan surat yang berisi tentang penyakit yang di derita Aini, saat membaca surat itu Gisell sangat bersedih ternyata sahabatnya menderita Kanker Darah Stadium 3. Kemudian Gisell langsung mengambil surat itu. Setelah itu, Gisell masuk ke kamar Aini, setelah beberapa jam Gisell dan Citra berpamit pulang.
2 hari kemudian, Aini pun kesekolah, ia masih terlihat pucat, namun Citra tak ke sekolah karena ia mengikuti suatu lomba jadi dia tidak sempat ke sekoah. Saat jam pelajaran di mulai, Aini lupa membawa buku, jadi ia ingin meminjam buku sama Gisell. “Sell, aku lupa bawa buku nih, aku pinjam buku kamu yah” kata Aini. “oh iya, ambil aja di tas” kata Gisell. Saat Aini membuka tas Gisell, ia melihat kertas yang berisi penyakit yang dideritanya, dan ia pun pingsan saat mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit separah itu. Setelah itu semua siswa di kelas langsung kaget akhirnya Gisell membawa Aini ke rumah sakit dan langsung menghubungi orang tuanya.
Saat sampai di rumah sakit Gisell kemudian menhubungi Citra dan menyuruhnya ke RS, lalu tiba-tiba HP Gisell berbunyi lagi dan ternyata yang menelpon adalah Kirana. “halo Gisell, aku ada di Indonesia sekarang, penipu ayahku sudah di tangkap jadi semua asset-aset ayahku sudah dikembalikan, jadi aku kembali, oh ya kamu di mana aku ke situ aku rindu banget sama kamu, Aini, dan Citra” kata Kirana. “aku di rumah sakit, Aini masuk RS karena menderita Kanker Darah, sedangkan Citra lagi ikut lomba jadi kira-kira ia baru datang sekitar 2 jam lagi” kata Gisell. “Aini sakit… ok aku ke sana secepatnya, sampai jumpa disana” kata Kirana. “iya” jawab Gisell.
Setelah menutup telepon dari Kirana orang tua Gisell pun keluar dari ruang dokter dan langsung memberi tahu saya bahwa Aini harus di operasi karena itu jalan satu-satunya untuk menyelamatkan Aini. Tak lama kemudian Kirana datang bersama ayahnya, dan langsung lari berpelukan dengan Gisell. 1 jam kemudian dokter keluar dari ruang operasinya dan langsung menemui orang tua Aini. “kami sudah berusaha, namun operasinya gagal, dan sekarang Aini koma, kecil kemungkinan ia bisa selamat” kata dokter. “apa dokter Aini…” tangis Ibu Aini. Mereka pun langsung masuk ke kamar Aini, Aini terlihat tidak sadarkan diri, saat di kamar Aini, Citra mengabarkan Gisell kalau ia sudah sedang perjalanan ke rumah sakit. Dan tiba-tiba, Aini sadar dan langsung bangun memeluk ayah dan ibunya, karena itu mereka semua terkejut dan langsung memanggil dokter, saat dokter memeriksanya dokter berkata. “ini mukjizat dari Allah kanker yang bersarang di tubuh Aini hilang dengan sendirinya, dan sekarang Aini sudah sembuh total, dan sudah boleh pulang’kata dokter.. “alhamdulillahh.. Aini..” kata ibu Aini.
Akhirnya mereka keluar dari kamar Aini dan bergegas pulang, namun Gisell, meminta izin kepada orang tua Kirana dan Aini untuk tetap di rumah sakit menunggu Citra, akhirnya orang tua Aini dan Kirana pulang. “akhirnya kita sudah bersama lagi, tapi kok Citra belum datang yah” kata Kirana. Dan tiba-tiba datanglah sebuah mobil ambulance yang berisi mayat Citra yang sudah tak dikenali, akhirnya Gisell, Kirana, dan Aini sangat kaget dan langsung menghampiri mayat Citra. “Citra… bangun Citra, huhuhu” tangis Gisell. Ternyata Citra meninggal karena kecelakaan Bus saat ingin ke Rumah Sakit. Dan akhirnya orang tua Citra datang untuk mengambil Citra.
Keesokan harinya, Gisell, Kirana dan Aini pergi ke rumah Citra, kemudian mereka pun membawa Citra ke pemakaman, “Citra selamat tinggal, terima kasih udah mau jadi sahabatku” tangis Gisell. “Citra terima kasih sudah menemani Gisell dan Aini saat aku pergi” kata Kirana. “Citra terima kasih sudah mendoakanku, menjengukku saat ku terbaring dirumah sakit” kata Aini. Akhirnya mereka bertiga pun pulang ke rumah masing-masing.
2 tahun kemudian Gisell, Kirana dan Aini bertemu dengan Citra. “Citra kamu masih hidup, kok bisa” kata Kirana. “sebenarnya mayat yang kalian temukan bukanlah mayatku, 2 tahun yang lalu seorang nenek menemukanku masih hidup, dan langsung merawatku, karena aku lupa rumahku jadi aku tinggal bersamanya, tapi lama kelamaan aku mulai ingat kalian dan akupun langsung di antar kerumahku” kata Citra. “akhirnya kita sudah bersama lagi dan takkan pernah terpisah” kata Kirana. “iyyaa” kata Aini. Akhirnya Gisell pun juga berkata “Oh Tuhan Jangan Ambil Sahabatku lagi dariku…”. Akhirnya mereka pun menjadi sahabat yang tak terpisah selamanya…
*Tamat*


90. Mengatasi Hambatan Dalam Kepemimpinan

Jenis Bahan Indo Lead: Artikel

Keberhasilan hamba-hamba Tuhan seperti Penginjil D. L. Moody, Dr. Billy Graham, atau Dr. Paul Yonggi Cho, tidak hanya terletak pada kehebatan mereka dalam berkhotbah, tetapi juga pada kepemimpinan mereka. Berdoa saja tidak cukup. Seorang hamba Tuhan harus mampu memimpin. Hal-hal apa yang menghambat kepemimpinan Anda selama ini? Yang berikut ini kiranya dapat menolong Anda untuk melihat beberapa hambatan dan bagaimana mengatasinya.
Komunikasi Yang Kurang Baik
Komunikasi dalam kepemimpinan melibatkan minimal dua pihak: Pihak yang memimpin dan pihak yang dipimpin. Komunikasi antara keduanya sangat menentukan dalam hal ini. Seorang pemimpin sering kali merasa bahwa ia sudah menyampaikan suatu pesan kepada bawahannya secara jelas. Berarti, bawahannya harus menjalankannya. Kalau ini terjadi di perusahaan-perusahaan profit, yang setiap karyawannya digaji, tidak masalah. Bawahan harus berusaha mengerti apa yang dimaksudkan oleh pemimpinnya. Jika tidak, ia akan dinilai tidak baik, dan itu akan memengaruhi gajinya. Dalam pelayanan, kita berhadapan dengan orang-orang yang bekerja dengan sukarela. Bukan bawahan yang berusaha untuk mengerti. Tetapi, pemimpinlah yang berusaha untuk memahami bawahan, dan selanjutnya mengomunikasikan dengan jelas dan menarik apa yang menjadi keinginan atau visinya.
Pedoman yang dikeluarkan oleh buletin Christian Management Association berikut ini kiranya dapat menolong Anda mengatasi hambatan komunikasi.
  1. Berusahalah mendapatkan kepercayaan dari bawahan Anda.
  2. Kredibilitas seorang pemimpin itu penting dan sangat memengaruhi kepercayaan orang yang dipimpin. Jika seorang pemimpin tidak lebih pintar dari bawahannya, ia akan mengalami kesulitan dalam memimpin. Jika seorang pemimpin lembaga kerohanian tidak lebih rohani dari anak buahnya, ia akan dianggap remeh. Intinya, seorang pemimpin harus memiliki nilai tambah dibandingkan dengan bawahannya.
  3. Komunikasikan secara terbuka.
  4. Keterbukaan dalam berkomunikasi akan menumbuhkan rasa saling percaya di antara kedua belah pihak. Sampaikanlah bukan saja apa yang Anda perlu sampaikan, melainkan lebih dari itu. Keterbukaan yang dimaksud tentu bukanlah tanpa kebijaksanaan. Saya senang dengan orang yang terbuka, tetapi saya lebih senang dengan orang terbuka yang disertai dengan kebijaksanaan yang dari Tuhan.
  5. Sampaikanlah maksud Anda dengan jelas dan spesifik.
  6. Lebih baik menggunakan satu kalimat yang dapat dimengerti, daripada seribu kalimat yang sulit dimengerti. Jika Anda berkata kepada bawahan Anda, "Hari ini kamu bekerja dengan baik." Kata-kata itu tidak lebih dari sekadar basa-basi saja. Dari kalimat itu, kita bertanya, apanya yang baik? Dan, dari semua pekerjaan hari ini, mana dari pekerjaan itu yang baik? Ungkapan Anda itu malah menimbulkan banyak pertanyaan, dan bawahan Anda bisa mencurigai Anda. Lebih baik Anda berkata, "Surat yang kamu ketik ini bersih dan rapi."
  7. Komunikasi sebaiknya bersifat interaktif.
  8. Anda hendaknya bersikap sedemikian rupa sehingga orang lain merasa bebas untuk memberi respons terhadap Anda dan tidak takut untuk menyampaikan tanggapan, reaksi, gagasan, kritik, atau komentar mereka.
  9. Berkomunikasilah secara teratur.
  10. Apakah Anda berkomunikasi secara teratur dengan bawahan Anda, dan sebaliknya? Terkadang, rapat hanya merupakan kegiatan rutin yang membosankan. Padahal, rapat seharusnya menjadi sangat penting dalam menjalin hubungan komunikasi dengan bawahan. Hubungan dengan bawahan tidak hanya melalui rapat, tetapi juga melalui pertemuan-pertemuan informal. Salah seorang pemimpin sebuah organisasi pelayanan selalu menyempatkan diri untuk berbicara dengan bawahannya (mulai dari tukang sapu sampai wakilnya) secara pribadi. Biasanya, ia menjadwalkan satu orang setiap hari secara bergiliran.
Kurangnya Pemahaman Mengenai Proses Komunikasi
Proses komunikasi berjalan melalui dua jalur, yakni jalur formal (resmi) dan jalur informal (tidak resmi). Dengan kata lain, komunikasi terjadi melalui apa yang Anda katakan atau tulis, dan apa yang Anda perlihatkan (sikap, perasaan, nilai yang dianut).
Hal ini dapat kita lihat dari apa yang dikatakan oleh hadirin yang ada di rumah sembahyang orang Yahudi mengenai Yesus: "Dan semua orang ... heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya (pesan formal). Bukankah Ia ini anak Yusuf?" (kesan informal) (Lukas 4:22).
Yang justru lebih besar pengaruhnya adalah pesan yang diterima secara formal. Kesan yang ditampilkan seperti kedudukan, sikap, perhatian, kredibilitas, kesaksian hidup, jauh lebih memengaruhi orang lain ketimbang apa yang kita bicarakan. Ada ungkapan yang mengatakan, "Pemberita adalah berita itu sendiri."
Ketegangan (Stres)
Seorang pemimpin harus cepat tanggap terhadap stres yang dialaminya sendiri maupun oleh anak buahnya. Dalam tahap tertentu, stres itu berguna bahkan diperlukan. Tetapi, stres yang berlebihan akan membuat segalanya kacau balau.
Setiap orang berbeda dalam daya tahan terhadap suatu ketegangan, dan masing-masing memunyai reaksi yang berbeda terhadap ketegangan. Penyebab ketegangan dan perbedaan reaksi orang terhadapnya dapat dilihat dalam daftar berikut ini.
Penyebab stres:
  1. Perubahan dalam pelayanan.
  2. Penurunan mutu dalam hubungan.
  3. Kurangnya buah-buah pelayanan kerja.
  4. Menyesuaikan dengan lingkungan baru.
Reaksi jenis A:
  1. Rasa takut, khawatir, merasa kurang mampu.
  2. Menarik diri, kesal.
  3. Depresi, menyalahkan diri, kecanduan.
  4. Merasa kehilangan arah, menarik diri.
Reaksi jenis B:
  1. Senang tantangan, asyik dengan perubahan.
  2. Ingin bertukar pikiran, berusaha mencapai kesepakatan.
  3. Melihat faktor-faktor penghambat, segera masuk peperangan rohani.
  4. Penyesuaian diri.
Bagaimana mengetahui adanya gejala stres? Sekali lagi, kita perlu menyadari bahwa dalam batas-batas tertentu, stres itu sehat. Stres yang kurang baik adalah apabila stres itu justru terlalu kecil ataupun terlalu besar. Berikut adalah daftar gejala stres:
  1. Stres skala kecil (kurang baik):
    1. Sering bosan.
    2. Sikap apatis.
    3. Suka ketiduran.
    4. Motivasi kurang.
    5. Rasa malas.
    6. Bersikap negatif.
    7. Pikiran tumpul.
  2. Stres yang pas (baik):
    1. Timbul semangat.
    2. Motivasi besar.
    3. Menjadi waspada.
    4. Energi tinggi.
    5. Analisis tajam.
    6. Persepsi tajam.
    7. Bersikap tenang.
  3. Stres yang tingkat tinggi (kurang baik):
    1. Susah tidur.
    2. Mudah tersinggung.
    3. Gampang celaka.
    4. Kurang nafsu makan.
    5. Hubungan tegang.
    6. Salah penilaian.
    7. Sulit mengambil keputusan.
Tidak Memunyai Teman
Orang yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain akan mengalami kesulitan dalam pelayanan. Seorang pemimpin harus diakui bahwa ia adalah seorang yang telah menapaki sekian anak tangga untuk mencapai kariernya. Tetapi, jangan lupa, setelah ia mencapai puncak kepemimpinannya itu, ia pun sampai pada suatu keadaan sendirian. Kebanyakan orang sungkan berkomunikasi dengannya karena kedudukannya itu. Orang yang berhubungan dengannya umumnya hanya dalam suasana formal. Padahal, sebagai seorang manusia, ia membutuhkan sapaan sebagai seorang sahabat. Akibatnya, ia menjadi kesepian.
Biasanya, kita menjadi bersungguh-sungguh dalam pelayanan kita sendiri, sehingga kesungguhan kita itu pada akhirnya berubah menjadi suatu titik kelemahan: Kita tidak cukup banyak memikirkan dan mendoakan satu sama lain. Pemimpin harus selalu memikirkan berbagai hal untuk membantu anak buahnya, agar mereka dapat menjalin hubungan baik satu sama lain. Barangkali, apa yang kita lakukan itu harus mengeluarkan biaya yang lumayan besar, misalnya harus mengeluarkan ongkos perjalanan yang besar hanya untuk datang bersekutu dengan kawan-kawan kita.
Seorang sahabat adalah orang yang mampu mengurangi ketegangan kita dalam pelayanan. Sebab dengan sahabat, kita bisa membuka isi hati yang sudah terpendam begitu lama. Kita saling berbagi pengalaman, baik yang menyusahkan maupun yang menyukakan.
Kurang Siap Dalam Menghadapi Arus Perubahan
Memang ada suatu bahaya besar, bahwa suatu lembaga rohani akan tetap meneruskan cara-cara kerja yang sebenarnya sudah ketinggalan zaman, dan kurang menyadari bahwa perubahan situasi seharusnya dihadapi dengan cara-cara yang berlainan. Metode hari ini belum tentu cocok untuk yang akan datang. Kita harus peka terhadap perubahan.
Dunia dan perubahannya sekarang ini berjalan begitu cepat sehingga kalau kita tidak segera membuat penyesuaian, maka kita akan ketinggalan. Banyak pemimpin gereja sekarang ini yang cenderung mempertahankan apa yang sudah menjadi kebiasaan nenek moyang mereka dulu. Memang ada hal-hal tertentu, seperti doktrin dan beberapa kebijaksanaan lainnya yang tidak berubah. Tetapi, hal-hal yang menyangkut metode, perlu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan yang sedang terjadi.

83. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Konsumen


Posted by ZoelDhan Raden SE 23 Feb 2013

Kotler dan Keller (2007a:214) menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan merupakan proses psikologis dasar yang memainkan peranan penting dalam memahami bagaimana konsumen secara aktual mengambil keputusan pembelian. Titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah model rangsangan-tanggapan. Pemasar bertugas untuk memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan luar dan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis penting--motivasi, persepsi, pembelajaran dan memori--secara fundamental turut mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap berbagai rangsangan pemasaran.

Sheth dalam Ma’ruf (2005:14) menyatakan bahwa proses keputusan konsumen bukanlah berakhir dengan pembelian, namun berlanjut hingga pembelian tersebut menjadi pengalaman bagi konsumen dalam menggunakan produk yang dibeli tersebut. Pengalaman itu akan menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan pembelian di masa depan.
Kotler (2005a:223) menunjukkan bahwa di antara tahap evaluasi alternatif dan keputusan pembelian terdapat minat membeli awal, yang mengukur kecenderungan pelanggan untuk melakukan suatu tindakan tertentu terhadap produk secara keseluruhan. Para ahli telah merumuskan proses pengambilan keputusan model lima tahap, meliputi:
1.      Pengenalan masalah. Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali masalah atau kebutuhan, yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan internal misalnya dorongan memenuhi rasa lapar, haus dan seks yang mencapai ambang batas tertentu. Sedangkan rangsangan eksternal misalnya seseorang melewati toko kue dan melihat roti yang segar dan hangat sehingga terangsang rasa laparnya.
2.      Pencarian informasi. Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Sumber informasi konsumen yaitu:
-          Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga dan kenalan.
-          Sumber komersial: iklan, wiraniaga, agen, kemasan dan penjualan.
-          Sumber publik: media massa dan organisasi penilai konsumen.
-          Sumber pengalaman: penanganan, pemeriksaan dan menggunakan produk.
3.      Evaluasi alternatif. Konsumen memiliki sikap beragam dalam memandang atribut yang relevan dan penting menurut manfaat yang mereka cari. Kumpulan keyakinan atas merek tertentu membentuk citra merek, yang disaring melalui dampak persepsi selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif.
4.      Keputusan pembelian. Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Faktor sikap orang lain dan situasi yang tidak dapat diantisipasi yang dapat mengubah niat pembelian termasuk faktor-faktor penghambat pembelian. Dalam melaksanakan niat pembelian, konsumen dapat membuat lima sub-keputusan pembelian, yaitu: keputusan merek, keputusan pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu dan keputusan metode pembayaran.
5.      Perilaku pasca pembelian. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian produk pasca pembelian, yang tujuan utamanya adalah agar konsumen melakukan pembelian ulang.
Untuk lebih jelasnya, proses pengambilan keputusan konsumen model lima tahap tersebut disajikan dalam gambar di bawah ini :

  
Menurut Kotler (2005a:220), terdapat lima peran dalam keputusan pembelian, yaitu:
a.       Initiator (orang yang mengusulkan gagasan untuk membeli).
b.      Influencer (orang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan).
c.       Decision maker (orang yang mengambil keputusan).
d.      Buyer (orang yang melakukan pembelian aktual).
e.       User (orang yang mengonsumsi atau menggunakan produk atau jasa tertentu).

81. Teori-teori Motivasi

Sobat pembaca, proses motivasi diarahkan untuk mencapai tujuan. Tujuan yang ingin direalisasikan dipandang sebagai kekuatan (power) yang menarik individu. Tercapainya tujuan sekaligus dapat mengurangi kebutuhan yang belum dipenuhi. Terdapat beberapa teori motivasi dan hasil penelitian yang berusaha mendeskripsikan hubungan antara perilaku dan hasilnya. John P. Campbell, dkk. di dalam H. B. Siswanto (2009: 128), mengelompokkan teori motivasi menjadi tiga kelompok teori, yakni sebagai berikut: 
  • Teori Kepuasan (content theories). Pendukung teori kepuasan adalah sebagai berikut:
Teori Motivasi
  1. Teori Hierarki Kebutuhan. Menurut Abraham H. Maslow Hierarki kebutuhan yang paling tinggi adalah fisiologis (physiological needs) karena kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling kuat sampai kebutuhan tersebut terpuaskan. Sedangkan hierarki kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs). Hierarkhi kebutuhan tersebut secara lengkap meliputi lima hal berikut: 1) Kebutuhan fisiologis (physiological needs). Kepuasan kebutuhan fisiologis biasanya dikaitkan dengan uang. Hal ini berarti bahwa orang tidak tertarik pada uang semata, tetapi sebagai alat yang dapat dipakai untuk memuaskan kebutuhan lain. Termasuk kebutuhan fisiologis adalah makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan; 2) Kebutuhan keselamatan atau keamanan (safety or security needs). Kebutuhan keselamatan atau keamanan dapat timbul secara sadar atau tidak sadar. Orientasi ketidak sadaran yang kuat kepada keamanan sering dikembangkan sejak masa kanak-kanak. Yang termasuk kebutuhan ini adalah kebebasan dari intimidasi baik kejadian atau lingkungan; 3) Kebutuhan sosial atau afiliasi (social or affiliation needs). Yang termasuk kebutuhan ini adalah kebutuhan akan teman, afiliasi, interaksi dan cinta; 4) Kebutuhan penghargaan atau rekognisi (esteems or recognation needs). Motif utama yang berhubungan dengan kebutuhan penghargaan dan rekognisi, yaitu sebagai berikut: Gengsi/ harga diri (prestige),  Kekuasaan (power); 5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs). Kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan penggunaan kemampuan maksimum, keterampilan dan potensi.
  2. Teori Dua Faktor Menurut Frederick Herzberg Dua faktor mengenai motivasi yang dikembangkan oleh Frederick Herzberg di dalam H. B. Siswanto (2009: 129) adalah faktor yang membuat individu merasa tidak puas (dissatisfied) dan faktor yang membuat individu merasa puas (satisfied). Kesimpulan yang dihasilkannya yakni pertama, terdapatnya serangkaian kondisi ektrinsik, keadaan pekerjaan yang menyebabkan rasa tidak puas diantara para bawahan apabila kondisi tersebut tidak ada. Apabila kondisi tersebut ada, hal itu tidak perlu memotivasi bawahan. Kondisi tersebut adalah faktor-faktor yang membuat invidu merasa tidak puas karena faktor-faktor tersebut diperlukan untuk mempertahankan hierarki yang paling rendah, yaitu tingkat ketidak adanya ketidak puasan. Kedua, serangkaian kondisi intrinsik kepuasan pekerjaan yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat sehingga dapat menghasilkan kinerja pekerjaan yang baik. Apabila kondisi tersebut tidak ada, kondisi tersebut ternyata tidak menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan. Serangkaian faktor tersebut disebut satisfied. 
  3. Teori Kebutuhan. Menurut David C. McClelland Teori motivasi dari David C. McClelland di dalam H. B. Siswanto (2009: 130) dihubungkan dengan konsep belajar. Oleh karena itu, banyak kebutuhan yang diperoleh dari kebudayaan yakni: 1) Kebutuhan akan kinerja (needs for achievement, disingkat n-Ach); 2) Kebutuhan akan afiliasi (needs for affiliation, disingkat n-Aff); 3) Kebutuhan akan kekuasaan (needs for power, disingkat n-Pow) Saran khusus yang diberikan oleh mcClelland adalah mengenai pengembangan kebutuhan akan kinerja yang positif tinggi yaitu n-Ach yang tinggi, ketika tidak ada ketakutan akan sukses. Sarannya meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Individu mengatur tugas sedemikian rupa sehingga mereka menerima umpan balik secara berkala atau hasil karyanya. 2) Individu hendaknya mencari modal kinerja yang baik, pahlawan kinerja individu yang berhasil, dan pemenang serta menggunakan mereka sebagai teladan; 3) Individu hendaknya memodifikasi citra diri mereka sendiri; 4) Individu hendaknya mengendalikan imajinasi, berpikir secara realistis dan positif mengenai cara mereka merealisasikan tujuan yang diharapkan.
  • Teori Proses (process theory). Teori proses mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana perilaku dikuatkan, diarahkan, didukung, dan dihentikan. Tiga teori proses yang merupakan karya dari Victor H. Vroom di dalam H. B. Siswanto (2009: 130) mendeskripsikan pada bagian berikut: 
  1. Teori Harapan (Expectancy theory). Dalam suatu organisasi, setiap individu memiliki harapan usaha kinerja. Harapan tersebut menunjukkan persepsi individu mengenai sulitnya mencapai perilaku tertentu dan mengenai kemungkinan tercapainya perilaku tersebut. 
  2. Teori Keadilan (Equity theory). Teori ini menekankan bahwa bawahan membandingkan usaha mereka dan imbalan mereka dengan usaha dan imbalan yang diterima orang lain dalam iklim kerja yang sama. Dasar dari teori motivasi ini dengan dimensi bahwa individu dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil. Dalam pekerjaan, individu bekerja untuk memperoleh imbalan. 
  3. Teori Penguatan (reinforcement theory). Penguatan merupakan prinsip belajar yang sangat penting. Tanpa penguatan tidak akan terjadi modifikasi perilaku yang dapat diukur. Para manajer seringkali menggunakan pengukuh positif untuk memodifikasi perilaku. Dalam banyak hal pengukuh bekerja sesuai dengan diprakirakan sebelumnya. Adapun dalam hal ini pengukur tidak memodifikasi perilaku dalam arah yang diinginkan karena terdapatnya kemungkinan penguatan yang berkompetisi. Apabila penguat tersebut tidak disatukan pada perilaku yang diinginkan oleh manajer, perilku yang diinginkan tidak akan terjadi. Demikian pula apabila pengukuh baru diberikan jauh sesudah terjadinya perilaku yang diinginkan, kemungkinan terjadi perilaku yang diinginkan menjadi berkurang. Penguatan negatif berhubungan dengan bertambahnya frekuensi respons yang timbul sesudah disingkirkannya pengukuh negatif, segera setelah ada respons. Suatu kejadian merupakan pengukuh negatif hanya apabila kejadian tersebut disingkirkan sesudah suatu respon menaikkan penampilan dari suatu respons.