Jumat, 26 April 2013

Cerpen


Cerpen - TAKUT JATUH CINTA
Karya Nur Faida

Pasti kalian sudah bisa nebak jalan cerita inikan! Begini waktu aku kelas 2 SMP aku tak tahu kenapa dan kebodohanku bisa – bisanya menyukai seorang cowok yang cuek banget walau begitu dia memiliki wajah tampan dengan kulit yang putih mulus , hidung mancung dan bibir yang seksi. Dulu diriku mengira dia juga menyukainya tapi nyatanya tidak.aku sangat bodoh sekali karena waktu itu aku yang tak punya malu malah menembaknya, tolol bangetkan aku. Semenjak itu mataku terbuka lebar bahwa aku tak pentas menyukai seorang cowok seperti itu ditambah kepopulerennya sekolah , aku sadar tiada orang yang menyukaiku karena gimana tidak aku itu orangnya pesek,kulitku hitam ditambah ku jerawatan lagi tapi itu waktuku masih SMP. Tak pernah lagi ku berharap dan memberikan hatiku pada seseorang karena takutku yang hanya ada di otakku sekarang hanya 1 “MEMBANGGAKAN ORANGTUAKU”

O iya, sebelumnya kuperkenalkan diriku dulu yah. Aku bernama Mimi Niamin dengan kulit putih dan muka yang bersih tanpa jerawat. sekarang ku kelas 2 di suatu sekolah SMA di Bandung. Aku sebenarnya tinggal di Makassar tetapi aku pindah rumah karena Ayahku dan Ibuku udah cerai , aku ikut sama Ayahku maka akupun tinggal di Bandung sedangkan ibuku tinggal di rumah mamanya di Makassar bersama adik laki – lakiku yang sekarang berumur 12 tahun. Aku pindah bertepatan setelah hal memalukan itu. Pasti semua teman – temanku mengira aku pindah sekolah karena kejadian itu tetapi itu tidak benar walau begitu aku sedikit senang bercampur sedih karena disisi lain aku bisa kabur dari kejadian itu tetapi disisi lainnya keluargaku sudah hancur. Tapi ada hal yang membuatku senang karena ibu tiriku itu ternyata sangat baik , dia selalu mau mendengar curhatanku walau begitu aku lebih sayang ibu kandungku dan hari ini aku ingin minta izin sama ibu tiriku dan ayah bahwa aku ingin tinggal di rumah nenekku. sebenarnya Ayahku melarangku karena takut nanti terjadi apa –apa padaku tapi aku bersikeras karena sudah lebih 3 tahun aku tidak pernah bertemu ibuku jadi ayahkupun mengizikanku tinggal di Makassar walau hanya 2 minggu.

^In Makassar^
“Wahh..! Makassar sudah berubah nih”ujarku yang sudah berada di luar bandara Hassanudin sambil memegang tas besar.

Kulihat Taksi tidak jauh dari aku , maka akupun melangkah kakiku menuju taksi itu dan tidak butuh 10 langkah aku sudah sampai disana.
“Mau naik taksi dek.!”tanyax padaku maka akupun tersenyum simpul sambil mengangguk menandakan bahwa aku memang ingin naik taksi , pak sopir pun mengambil tasku dan menyimpannya di bagasi lalu akupun masuk ke dalam Taxi, di dalam Taxi pak sopir itu bertanya padaku “Mau kemana dek?” akupun menajwab sambil tersenyum “ Jalan Sunu”jawabku singkat dan Taxi pun meluncur menuju kesana.
Akupun sampai di mana rumah nenekku berada, dimana ibuku dan adikku tinggal tak lupa aku membayar biaya Taxi dulu.
“Ini mas uangnya , kembaliannya di ambil saja”ujarku lalu menuju ke rumah nenekku.

Di depan ruma nenekku aku langsung saja mengetuk pintu sambil mengucapkan salam dan tak butuh waktu lama pintu itu terbuka.
“Rudi!”ujarku kaget sambil membulatkan mataku karena yang membukakan pintu itu sosok cowok Cinta pertamaku,Kenapa ini! Kenapa dia berada di rumah nenekku. Astaga , ini sungguh menyebalkan sekali. Rasanya kepalaku puyeng bener karena saat melihat Rudi aku jadi teringat kejadian itu, ingin rasanya ku kabur mendapati Rudi berada di rumah nenekku tetapi ku terlalu kangen sama Ibuku dan Adikku jadi nggak jadi deh.
Rudi juga tak kalah kagetnya melihatku berada di sini “Mimi!”

Hening tak ada yang berbicara tapi itu tak berlangsung lama karena adikku Didi memecahkan kehinangan itu di balik pintu “Kak Rudi , siapa yang....”belum selesai Didi bicara sambil memegang cemilan dan dia mendapatkan aku berada di depan pintu , Didipun sontak memelukku karena gimana tidak? 3 tahun we...! ehrr.. pastilah adikku kangen denganku.
“Kakak, kenapa kakak baru datang. Aku sungguh sangat kangen sama kakak”ujarnya kegirangan melihatku berada disini
“Maaf yah Didi”pintaku sambil melihat kedepan dimana berada Rudi yang sedang memperhatikanku dengan reaksi yang sulit ku tebak
“Kak , ayo masuk! O iya , kakak masih kenalkan Rudi teman kelas kakak waktu SMP”ujarnya meyuruhku masuk sambil bertanya padaku
“Yah”ujarku sangat singkat dan dingin.

^Flashback^
Di dalam kelas yang masih ada banyak sisiwa
“Mimi,lohh pikir ulang dulu deh! Gue takut loh napa – napa”ujar Rini sahabatku khawatir denganku
“Rin , ku sudah tidak tahan”ujarku sambil menitikkan air mata
“Tapi Mimi , loh taukan Rudi itu. Ku mohon jangan lakukan itu !jangan gegabah Mi. Aku takut sekali”ujarnya menyuruhku mempertimbangkan bahwa aku akan menembak Rudi
“Kamu tak perlu khawatir Rin, gue nggak gak apa – apa kok!”ucapku lalu menuju ke Pintu kelas dimana Rudi berada
“Rudi , jujur aku sangat menyukaimu!”ujarku saat keluar main dimana Rudi yang baru saja mau keluar ke kelas dengan Nino sahabatnya. Sungguh aku tidak tahan sekali menyimpan perasaanku lebih 2 tahun
“Hah.. nyadar dongg luu tuhh nggak selevel sama gue! Ngaca dulu dong. Apa gue harus beliin dulu lohh kaca baru nyadar. Buang – buang tuh perasaan loh. Lebih baik loh kasih perasaan itu sama tempat sampah ajah”ujar Rudi dengan kalimat pedas padaku sambil memasang muka jijit. Di dalam kelasku semuanya ribut karena kelakuanku.
Aku tak menyangka apa yang dikatakannya itu , air mataku pecah akupun langsung keluar dari kelas disusul Rini mengekorku.Ku sekarang berada di belakang Lab Bahasa Indonesia sambil menangis dan terus menangis dan Rinipun mengahmpiriku “Mi, gue kan udah bilang. Ku mohon berhentilah menangis , jangan hanya karena cowok seperti dia kau jadi seperti ini. Masih banyak kok cowok di dunia ini!”selanya padaku sambil memelukku menyuruhku menghentikan tangisanku tetapi bukannya tangisanku berhenti tapi aku lebih menangis lagi.
“Mi , gue mohon jangan menangis!”pintanya padaku yang tak henti – hentinya menangis “Ren, makasih yah kau selalu membantuku di dalam suka dan duka”ujarku menghentikan tangisanku dan Renipun tersenyum mengembang “Itulah gunanya sahabat Mimi”
***

Aku duduk di ruang tamu , bisa kulihat Rudi meminta izin pada Didi untuk pulang.
“Di , gue pulang dulu yah. Nggak enak nih ada kakak loh”ujar Rudi pada adikku dengan memegang kaset bola
“baiklah kalo gitu , aku mengerti kok maksud kakak”ujarnya
“Okayy, gue duluan dulu yah.”ujar Rudi permisi sama Didi

Didi menemani Rudi pulang sampai di depan rumah dan tak lama kemudian Didipun kembali di susul ibuku yang baru pulang dari pasar.
“Ibu...!aku kangen banget sama ibu”ujarku dan langsung berdiri dari tempat dudukku
“Mimi...!”ujar ibu kegirangan dan langsung menuju ke aku lalu memelukku
Aku begitu senang sekali bisa bertemu ibuku begitupula dengan adikku. Ku lihat ibu mengalami perubahan dengan dirinya. Wajah ibu berubah menjadi pucat dan keriput dan adikku berubah menjadi anak remaja yang gagah dan tampan.

Didi membawakan barangku ke kamar tamu dan aku mengekor mengikutinya. Di dalam kamar ku hempaskan diriku di tempat tidur dan adikku duduk di sampingku.
“Di , kenapa Rudi tadi disini?”ujarku bertanya penasaran
“Tadi aku sama kak Rudi lagi main Playstasion kak. kenapa kakak nanya – nanya?”jawab Didi dan bertanya padaku
“ tidak apa – apa kok”ujarku takut karena nanti adikku curiga padaku
Keesokan harinya aku olahraga pagi di taman kota Makassar sebenarnya adikku mau menemaniku tapi karena hari ini dia sekolah jadi Didi tidak bisa.

Di taman , ku berlari pagi mengelilingi taman sambil membawa tas ransel berisi Leptop dan saat asyik – asyiknya aku berlari ada seorang cowok yang menabrakku dari depan memakai baju putih abu – abu dengan 5 buku tulis dipegangnya terjatuh.
“Maaf, gue nggak nggak sengaja”ujar cowok itu tapi aku tak melihat mukanya dengan jelas lalu diapun mengambil bukunya yang terjatuh “aku kok yang salah. Sini aku bantu”ujarku dan akupun membantunya mengambil bukunya yang terjatuh dan tak sengaja mataku dengan cowok itu bertemu dan akupun tahu siapa cowok itu.
“Rudi!”ujarku kaget karena aku bertemu lagi dengan Rudi. Mengapa ini terjadi lagi? Bisa gila aku lama – lama karena bertemu terus dengan Rudi. Semenjak Rudi menolakku aku jadih trauma untuk menyukai seseorang sampai sekarang dan entah kenapa sekarang perasaan cintaku pada Rudi kembali lagi. Ini sungguh sangat menyebalkan -__- aku pun berlari dengan cekatan sambil menitikkan air mata meninggalkan Rudi yang juga kaget melihatku bertemu denganku lagi.

Ku berlari secepatnya karena ketakutan , setiap kali ku lihat Rudi kalimat itu terbayang – bayang di otakku “Hah.. nyadar dongg luu tuhh nggak selevel sama gue! Ngaca dulu dong. Apa gue harus beliin dulu lohh kaca baru nyadar. Lebih baik loh kasih perasaan itu sama tempat sampah ajah” kalimat pedas yang di dengar oleh semua temanku di kelas. Rasanya sakit banget saat menginggat itu.
“Mimi, maafin gue soal dulu! Gue mohon Mi”teriak Rudi memohon sambil berlari mengejarku
Akupun mempercepat lariku dan kebetulan saat itu aku melihat mobil pete – pete, aku langsung saja masuk dalam mobil itu dan menyuruhnya cepat jalan.
Mobil pete – pete itu berjalan, air mataku berjatuhan terus menerus membasahi pipiku yang agak putih. Diriku sekarang memang udah berubah , aku jadi putih dan mukaku sekarang sudah tidak ada jerawat lagi itu semenjak ibu tiriku selalu membawaku kepertawatan kulit jadi aku menjadi lebih cantik.

Di dalam mobil pete – pete ku baru sadar kalau penumpangnya hanya aku bersama seorang cowok yang pakaian sekolahnya mirip dengan Rudi.
“Mimi..!loh Mimikan”ujarnya bertanya padaku
“Yah..”jawabku dan saat itu ku perhatikan muka cowok itu dan menghentikan tangisanku. Disitu aku baru sadar bahwa cowok itu adalah Nino sahabat Rudi.
“hai Nino”ujarku menyapa dan bukannya membalas sapaanku tapi Nino malah bertanya “Mi , loh napa menangis! Apa karena Rudi . tadi gue lihat koh kamu sama Rudi berlari – larian”
Saat dia katakan itu , aku menangis lagi.Jantungku sesak banget , rasanya kepalaku puyeng benar dan belum sempat ku jawab pertanyaannya aku langsung jatuh pingsan.

^Rumah Nenek^
Mataku terbuka sedikit – demi sedikit di atas ranjang tidurku. Kulihat Rudi menitikkan air mata berada di sampingku dan saat dia melihatku mataku sudah terbuka diapun tersenyum senang melihatku.
“Mi, loh udah sadar”gumam Rudi padaku
“Kenapa loh ada disini. Loh keluar sana. Gue benci sama loh”teriak diriku yang kesal sekali.
“Mi, gue minta”belum sempat Rudi selesai aku langsung mem berontak dan lebih keras berteriak “Gue bilang loh keluar!”
Mamaku dan adikku begitupula dengan nenekku menyuruhku tenang tapi ku lebih memberontak dan saat Rudi keluar dari kamarku ditemani Didi akupun tenang. aku memang orang tidak baik , tapi ku tak bisa melupakan semuanya. Hatiku sakit sekali, sulit ku maafkan Rudi.

Satu minggu kemudian , aku duduk sendiri di taman memperhatikan mobil maupun motor berlalu lalang ditemani burung – burung berkicaun dan pohon – pohon yang menari – nari memberi semangat diriku. Aku yang terlalu fokus memperhatikan keindahan taman tidak sadar bahwa Rudi sudah berada di sampingku.
“Mimi”ujar Rudi yang membuatku kaget mendengar perkataanya, sontak saja ku berdiri dan bersiap untuk lari tapi tanganku ditahan olehnya dan Rudi langsung memelukku “Mi , gue mohon maafin gue. Loh tau smenjak kejadian itu gue baru sadar kalo gue itu mencintai lohh, saat tiada loh , gue tidak bisa menyukai siapapun. Hidup gue rasanya nggak berarti, Hanya loh yang ada di hati gue. Gue mohon maafin gue Mi , gue memang udah terlambat tapi bisakah kau mendengarkannya”
“Loh bohong Rudi, loh pasti suka gue setelah melihatku sekarangkan”ujarku tak percaya mendengar perkataannya “Gue nggak bohong, tatap mata gue. Tatap...?”ujarnya menyuruhku menatap matanya , akupun menatap matanya dan kulihat tiada tanda kebohongan darinya.
“Mi , maafin gue yah. Gue sayang banget sama loh. Jangan lagi menghindar dai gue, ku mohon! Dulu dan sekarang tiada bedanya loh. Gue tetap sayang loh gimanapun dirimu. Gue suka lohh dari dalam diriloh bukan diluar loh”ujarnya yang membuatku menitikkan air mata.
“Yah, gue juga sayang sama loh”ujarku
Hariku penuh dengan tawa yang indah tiada lagi kesedihan semenjak Rudi berada di sampingku. Cinta pertamaku itulah menjadi cinta terakhirku. Aku sangat menyayanginya, perasaanku yang sudah ku pendam 6 tahun tidak sia – sia.
RUDI.. I LOVE YOU:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar