Pagi yang indah ketika nyanyian burung saling bersahutan. Mentari
yang mulai berani menampakkan senyumnya, menambah keindahan pagi.
Kesibukan di kampus pun telah menungguku. Aku pun pergi ke kampus dengan
penuh semangat. Setibanya di kampus, ku melihat beberapa sepeda motor
yang tersusun rapi. “Mengapa hanya ada sedikit sepeda motor di sini?
Kemana ya para panitia seminar? Katanya harus datang pagi-pagi” pikirku.
Aku menoleh ke kiri dan ke kanan. Maksudku ingin melihat teman-teman
yang lain. Tapi bukan teman-teman yang ku lihat. Ayo tebak apa coba? Gak
tau kan? Trus, mau tau atau mau tau banget? Haha, bercanda teman.
Ternyata yang ku lihat adalah seorang gadis berjilbab merah muda dengan
kaca mata yang menghiasi wajahnya. Ia hanya tersenyum. Aku terdiam
sejenak. Tiba-tiba seorang teman menyapaku. “Ales”
“Eh Ridho, baru datang ya?” jawabku.
“Iya, ke dalam lagi yuk, kita lihat keadaan di dalam” ajaknya.
Kami pun beranjak pergi. Semakin jauh ku melangkah, semakin tak
terlihat senyum manisnya. Oke, berlalu sudah kisah pagi itu. Tak lama
kemudian seminar pun di mulai dan berjalan sukses sampai akhir acara.
Seperti air yang mengalir, hari demi hari pun berlalu tanpa pernah akan
kembali. Bayangan tentangnya sudah samar-samar di benakku. Sampai pada
suatu acara yang di lakukan oleh salah satu UKMF kampus. Aku tak pernah
menyangka akan dipertemukan lagi dengan dirinya. Meski aku berharap
bertemu lagi dengannya. He he…
Sesekali aku menoleh ke belakang hanya untuk melihat dirinya. Aku
seperti rumput yang sangat bahagia saat hujan mengguyur ketika musim
kemarau. Ketika sebuah pertanyaan di ajukan oleh pembawa acara, aku
ingin sekali menjawabnya agar ia mengenal siapa aku.
“Jawab atau tidak ya, jawab atau tidak ya” kebimbangan ini terus-menerus bermunculan di otakku.
Akan tetapi, sifatku yang pemalu tak bisa ku lawan. Aku tak berkutik
meski ku coba melawan dengan sekuat pikiranku. Tanpa terasa acarapun
selesai. Kesempatan pun berlalu.
Aku menceritakan semua yang terjadi kepada teman-temanku.
“Ki, semalam aku bertemu dengan seorang wanita berkaca mata yang manis
sekali, pakaiannya muslimah lagi. Dirinya membuatku kagum Ki” ceritaku
pada Riki.
“Memangnya dia dari Fakultas mana Les? Jawab Riki.
“Fakultas Tarbiyah dan Keguruan mungkin. Jawabku.
“Kapan-kapan tunjukkan kami orangnya ya” sahut Indon.
“Sip deh” jawabku.
Semenjak saat itu aku pun berharap untuk bertemu dengannya kembali.
Ternyata harapan ku itu benar-benar terjadi, lagi-lagi aku di pertemukan
dengan dirinya dalam suatu acara di kampus. Aku menghadiri acara itu
bersama Riki.
“Ki, itu kakak yang aku ceritakan kemaren”
“Mana les?” tanya Riki.
“Itu yang pakai jilbab hijau” jawabku.
“O’oh itu, aku dengan Indon juga pernah melihatnya di Bank dekat Fakultas kita. Cantik Les” kata Riki.
Kali ini mencul rasa yang tak biasa, susah rasanya untuk melepaskan
pandangan dari dirinya. Jilbab hijau yang melingkar menutupi kepalanya,
kaca mata yang menghiasi wajahnya. Senyuman manisnya, busana muslimah
nan anggun, mencerminkan seorang wanita muslimah.
Ketika ku terhanyut dalam lamunan, adzan shalat Ashar pun
berkumandang. Kami berangsur-angsur pergi ke luar untuk menunaikan
shalat ashar. Setelah selesai menunaikan shalat, aku dan Riki duduk di
dalam ruangan sambil menunggu teman-teman yang lain memasuki ruangan
untuk melanjutkan acara.
Kami duduk di dekat pintu masuk. Ketika asyik bercerita, panitia acara
menyuruh para peserta untuk segera bergegas ke tempat duduk
masing-masing karena acara akan dilanjutkan kembali. Kami pun bergegas.
Aku mulai melangkahkan kaki, tiba-tiba gadis berjilbab hijau itu pun
muncul dari pintu masuk. Rasa yang aneh pun mulai ku rasakan. Jantung ku
berdegup kencang saat aku berjalan di dekatnya. Ayunan langkah kaki ku
dan dirinya yang serentak menuju tempat duduk, sungguh aku tak pernah
menyangka hal ini akan terjadi.
“Cie, cie Ales” sindir Riki.
“Apa Ki?” jawabku.
“Bagaimana rasanya berjalan disampingnya?” kata Riki.
“Jantungku serasa mau jatuh Ki. Untung saja aku gak jatuh pingsan. Hahaha” candaku.
“Lebayyyyy kamu les” kata Riki.
“Hehehe” aku hanya tersenyum.
Aku tidak bisa fokus rasanya mengikuti acara tersebut. Selalu saja
aku mencari kesempatan untuk melihatnya. Yah, udah salah tempat ni.
Bukannya menyimak acara, malah memperhatikan dia. Bagi teman-teman,
jangan sampai hal ini terjadi pada kalian ya. Dalam mengikuti suatu
acara harus fokus terhadap acara tersebut. Setujuuu? Hehe…
Tak lama kemudian acara pun selesai. Aku dan Riki pun bergegas pulang.
Sesampainya di halaman luar gedung, ternyata dia tepat di depan kami.
“Ki, Ki, itu dia.” Ucapku.
“Udah lah Les, dari tadi dia aja yang kamu perhatikan” nasehat Riki.
Tiba-tiba seseorang memanggilnya dengan ucapan “Si”.
“Si?” kira-kira siapa ya namanya? Pikirku.
Aku pun pulang dengan seribu tanda tanya. Seperti jurusnya Naruto ya,
jurus seribu bayangan. Hehe. Di dalam pikiranku, ada seribu tanda
tanya. Tanda tanya tentang siapa nama gadis berjilbab hijau itu
sebenarnya.
Aku mulai mencari namanya di facebook dengan kata kunci “Si”. Ternyata
usahaku tidak sia-sia. Aku menemukan akun facebooknya. Kami pun berteman
di jejaring sosial tersebut dan kemudian berlanjut ke twitter.
Semua seperti sebuah skenario yang telah tersusun rapi. Semakin hari
semakin aku tak bisa lepas dari dekapan bayang-bayang tentangnya. Ku
selalu teringat pada dirinya, sering menyebut namanya serta membicarakan
dirinya. Sikapnya yang mungkin biasa-biasa saja bahkan tiba-tiba
menjadi terasa lebih mengesankan dari pada sikap seorang sahabat yang
bersusah payah membantu ku dalam menyelesaikan masalah. Aneh bukan? Ya,
memang aneh. But, it is real friend. Teman-teman semua juga pernah
merasakannya kan? Hayo ngaku.. ngaku aja deh. hehe. Kurasa aku telah
jatuh cinta padanya. Ini adalah anggapan awalku. Tetapi ternyata aku
salah. Ini bukan cinta. Aku hanya terperangkap nafsu yang telah
memenjarakan akal sehatku. Nafsu untuk selalu memikirkannya,
membayangkan sesuatu tentang dirinya.
Jika aku memilikinya pun, apa yang bisa ku beri untuknya? Apa yang
bisa ku lakukan untuk membahagiakannya? Baru juga mahasiswa, pikirannya
udah jauh menerawang tanpa kejelasan arah dan tujuan. Think again! Masa
depan masih panjang. Masih banyak hal-hal besar yang bisa ku lakukan.
Masih banyak tantangan dan rintangan kehidupan yang belum ku rasakan.
Lagi-lagi masih banyak persiapan yang ku butuhkan untuk bisa memilikinya
dengan cara yang halal bukan dengan cara biasa yang sebenarnya tak
biasa dan seharusnya tak pernah ada seperti fenomena sekarang ini.
Tak bisa ku mengkhianati hatiku sendiri. Tak bisa ku berkata tidak
untuk tidak memikirkannya dan tak bisa ku berkata tidak jika aku
berharap bisa memilikinya. Jujur, aku ingin memilikinya, menjadikannya
seseorang yang memiliki arti dan makna yang spesial. Seseorang yang akan
menemani hari-hari ku hingga dunia tak akan terlihat lagi. Tetapi aku
belum siap. Secara masih mahasiswa. Apa-apa masih minta sama orang tua.
Jadi lebih baik aku memendam keinginan itu, membiarkannya dalam diam dan
jika keinginanku ini tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia
nyata, akan kucoba untuk membiarkannya tetap diam. Jika memang ia bukan
jodohku, aku yakin Allah tahu. Seiring mengalirnya air, ia akan membawa
setitik demi setitik rintihan hujan mengikuti alirannya menempuh jalan
nan panjang untuk sekedar melepas lelah di ujung perjalanan.
Perlahan-lahan keinginan itu akan hilang dengan sendirinya dan Allah
akan menggantinya dengan rasa yang lebih indah dan tepat. Akan kucoba
untuk menyimpannya rapat-rapat, menjadikannya memori nan indah di sudut
hati. Percayalah sesungguhnya Allah itu lebih mengetahui apa yang tidak
kita ketahui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar