Sobat pembaca, proses motivasi diarahkan untuk mencapai tujuan. Tujuan yang ingin direalisasikan dipandang sebagai kekuatan
(power) yang menarik individu. Tercapainya tujuan sekaligus dapat mengurangi kebutuhan yang belum dipenuhi.
Terdapat beberapa teori
motivasi
dan hasil penelitian yang berusaha mendeskripsikan hubungan antara
perilaku dan hasilnya.
John P. Campbell, dkk. di dalam H. B. Siswanto (2009: 128),
mengelompokkan teori motivasi menjadi tiga kelompok teori, yakni sebagai
berikut:
- Teori Kepuasan (content theories).
Pendukung teori kepuasan adalah sebagai berikut:
|
Teori Motivasi |
- Teori Hierarki Kebutuhan. Menurut Abraham H. Maslow
Hierarki kebutuhan yang paling tinggi adalah fisiologis (physiological needs)
karena kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling kuat sampai
kebutuhan tersebut terpuaskan. Sedangkan hierarki kebutuhan yang paling
rendah adalah kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs).
Hierarkhi kebutuhan tersebut secara lengkap meliputi lima hal berikut:
1) Kebutuhan fisiologis (physiological needs).
Kepuasan kebutuhan fisiologis biasanya dikaitkan dengan uang. Hal ini
berarti bahwa orang tidak tertarik pada uang semata, tetapi sebagai alat
yang dapat dipakai untuk memuaskan kebutuhan lain. Termasuk kebutuhan
fisiologis adalah makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan;
2) Kebutuhan keselamatan atau keamanan (safety or security needs).
Kebutuhan keselamatan atau keamanan dapat timbul secara sadar atau tidak
sadar. Orientasi ketidak sadaran yang kuat kepada keamanan sering
dikembangkan sejak masa kanak-kanak. Yang termasuk kebutuhan ini adalah
kebebasan dari intimidasi baik kejadian atau lingkungan;
3) Kebutuhan sosial atau afiliasi (social or affiliation needs). Yang termasuk kebutuhan ini adalah kebutuhan akan teman, afiliasi, interaksi dan cinta;
4) Kebutuhan penghargaan atau rekognisi (esteems or recognation needs).
Motif utama yang berhubungan dengan kebutuhan penghargaan dan rekognisi, yaitu sebagai berikut:
Gengsi/ harga diri (prestige),
Kekuasaan (power);
5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs).
Kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan penggunaan kemampuan maksimum, keterampilan dan potensi.
- Teori Dua Faktor Menurut Frederick Herzberg
Dua faktor mengenai motivasi yang dikembangkan oleh Frederick Herzberg
di dalam H. B. Siswanto (2009: 129) adalah faktor yang membuat individu
merasa tidak puas (dissatisfied) dan faktor yang membuat individu merasa puas (satisfied).
Kesimpulan yang dihasilkannya yakni pertama, terdapatnya serangkaian
kondisi ektrinsik, keadaan pekerjaan yang menyebabkan rasa tidak puas
diantara para bawahan apabila kondisi tersebut tidak ada. Apabila
kondisi tersebut ada, hal itu tidak perlu memotivasi bawahan. Kondisi
tersebut adalah faktor-faktor yang membuat invidu merasa tidak puas
karena faktor-faktor tersebut diperlukan untuk mempertahankan hierarki
yang paling rendah, yaitu tingkat ketidak adanya ketidak puasan.
Kedua, serangkaian kondisi intrinsik kepuasan pekerjaan yang apabila
terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat
sehingga dapat menghasilkan kinerja pekerjaan yang baik. Apabila kondisi
tersebut tidak ada, kondisi tersebut ternyata tidak menimbulkan rasa
ketidakpuasan yang berlebihan. Serangkaian faktor tersebut disebut
satisfied.
- Teori Kebutuhan. Menurut David C. McClelland
Teori motivasi dari David C. McClelland di dalam H. B. Siswanto (2009:
130) dihubungkan dengan konsep belajar. Oleh karena itu, banyak
kebutuhan yang diperoleh dari kebudayaan yakni:
1) Kebutuhan akan kinerja (needs for achievement, disingkat n-Ach);
2) Kebutuhan akan afiliasi (needs for affiliation, disingkat n-Aff);
3) Kebutuhan akan kekuasaan (needs for power, disingkat n-Pow)
Saran khusus yang diberikan oleh mcClelland adalah mengenai pengembangan
kebutuhan akan kinerja yang positif tinggi yaitu n-Ach yang tinggi,
ketika tidak ada ketakutan akan sukses. Sarannya meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1) Individu mengatur tugas sedemikian rupa sehingga mereka menerima
umpan balik secara berkala atau hasil karyanya.
2) Individu hendaknya mencari modal kinerja yang baik, pahlawan kinerja
individu yang berhasil, dan pemenang serta menggunakan mereka sebagai
teladan;
3) Individu hendaknya memodifikasi citra diri mereka sendiri;
4) Individu hendaknya mengendalikan imajinasi, berpikir secara realistis
dan positif mengenai cara mereka merealisasikan tujuan yang diharapkan.
- Teori Proses (process theory).
Teori proses mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana perilaku
dikuatkan, diarahkan, didukung, dan dihentikan. Tiga teori proses yang
merupakan karya dari Victor H. Vroom di dalam H. B. Siswanto (2009: 130)
mendeskripsikan pada bagian berikut:
- Teori Harapan (Expectancy theory).
Dalam suatu organisasi, setiap individu memiliki harapan usaha kinerja.
Harapan tersebut menunjukkan persepsi individu mengenai sulitnya
mencapai perilaku tertentu dan mengenai kemungkinan tercapainya perilaku
tersebut.
- Teori Keadilan (Equity theory).
Teori ini menekankan bahwa bawahan membandingkan usaha mereka dan
imbalan mereka dengan usaha dan imbalan yang diterima orang lain dalam
iklim kerja yang sama. Dasar dari teori motivasi ini dengan dimensi
bahwa individu dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil.
Dalam pekerjaan, individu bekerja untuk memperoleh imbalan.
- Teori Penguatan (reinforcement theory).
Penguatan merupakan prinsip belajar yang sangat penting. Tanpa penguatan
tidak akan terjadi modifikasi perilaku yang dapat diukur. Para manajer
seringkali menggunakan pengukuh positif untuk memodifikasi perilaku.
Dalam banyak hal pengukuh bekerja sesuai dengan diprakirakan sebelumnya.
Adapun dalam hal ini pengukur tidak memodifikasi perilaku dalam arah
yang diinginkan karena terdapatnya kemungkinan penguatan yang
berkompetisi. Apabila penguat tersebut tidak disatukan pada perilaku
yang diinginkan oleh manajer, perilku yang diinginkan tidak akan
terjadi. Demikian pula apabila pengukuh baru diberikan jauh sesudah
terjadinya perilaku yang diinginkan, kemungkinan terjadi perilaku yang
diinginkan menjadi berkurang.
Penguatan negatif berhubungan dengan bertambahnya frekuensi respons yang
timbul sesudah disingkirkannya pengukuh negatif, segera setelah ada
respons. Suatu kejadian merupakan pengukuh negatif hanya apabila
kejadian tersebut disingkirkan sesudah suatu respon menaikkan penampilan
dari suatu respons.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar